
Theeast.co.id — Sebuah pertanyaan muncul dari anggota milis Lingkungan St. Yoseph –sebuah komunitas katolik di Lingkungan Kementerian Keuangan di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Pertanyaan itu datang dari anggota milis. Dia bertanya: apa jadinya kalau sampai datang terlambat misa, tapi masih bolehkah terima komuni suci?
Seorang romo yang menjadi moderator di milis Lingkungan St. Yosep itu lalu memberikan ulasannya.
Sebaiknya, kita fokus pada apa yang ditekuni Gereja dalam tradisinya. Begitu kata sang romo.
“Hanya Gereja Katolik lah yang mengadakan komuni dalam perayaan liturgi dan ibadatnya. Untuk menjawab pertanyaan itu sebaiknya kita definisikan dahulu apa arti kata dari komuni, ekaristi dan misa sesuai dengan pendapat Gereja dan tradisinya, serta efek samping dari sebab akibat dan hal hal yang mempengaruhi definisi kata kata tersebut,” kata Sang Romo.
Kata Indonesia ‘misa’ berasal dari kata “mass” (Latin) yang berarti berkumpul bersama sama merayakan sesuatu atau bergotong royong bersama sama, bekerjasama secara masal.
Jadi hal-hal lain yang bertentangan dengan hal ini atau mengganggu arti ini mohon harap dikesampingkan dahulu, seperti misalnya:
1. Datang terlambat waktu misa, selain mengganggu yang tengah beribadat hal ini menandakan tidak adanya kebersamaan antara yang sedang beribadat dengan yang baru datang.
2. Begitu juga yang merasa sudah dapat bertemu Tuhan tanpa mengadakan misa silahkan saja, tapi jangan meremehkan misa itu sendiri, sebab setiap orang punya iman dan kepercayaannya masing masing.
3. Apalagi kalau pikiran lagi ngelantur kemana-mana tidak “in” artinya tidak dapat mengikuti atau melakukan misa. Ya sebaiknya di rumah saja sebab semua orang pergi ke misa untuk beribadat dan berdoa.
4. Di dalam misa pasti ada tugas atau pekerjaan yang dikerjakan secara bersama sama atau bergotong royong seperti misalnya koor, kolekte, prodiakon, misdinar, dll.
5. Juga ada penugasan atau perutusan yang sebaiknya dikerjakan bersama sama sesudah misa. Makanya jangan meninggalkan misa sebelum mendapat perutusan.
Tubuh Kristus dalam bentuk hosti atau roti kecil bulat. Dalam Gereja Katolik dikenal istilah “sakramen” yang berarti suci atau “kudus” diartikan bahwa Kristus hadir dalam bentuk komuni.
Kalau begitu, iman kepercayaan dan pengertiannya maka hal ini tidak main main dan tidak boleh dianggap sepele.
Ingat dulu, ada kelompok yang dibentak keras oleh seorang romo karena mereka kedapatan tengah mengobrol saat didarasakan Doa Syukur Agung.
Pentingnya “Doa Syukur Agung”
Mengapa romo itu sampai marah?
Itu karena Doa Syukur Agung adalah inti dari misa, ekaristi, komuni dan sakramen itu sendiri.
“Tanpa mengikuti Doa Syukur Agung, sebaiknya tidak menyambut Komuni. Apalagi begitu saja langsung menyambut komuni, setelah sebelumnya asyik mengobrol ria atau malah merokok dan main bb di luar gereja,” kata Sang Romo.
Yang tidak kalah pentingnya dari Doa Syukur Agung adalah Ibadat Sabda yaitu mulai dari Bacaan Pertama, Kedua, Injil dan Kotbah.
Hal ini dapat juga diartikan sebagai Roti Kehidupan atau Santapan Rohani. “Akulah Roti Kehidupan yang turun dari Surga, barangsiapa makan tidak akan lapar lagi, sebab dagingKu sungguh sunggguh makanan dan darahKu sungguh sungguh minuman,” terang Sang Romo.
Untuk membaca, menyimak, memahami, meresapi dan melaksanakan, mengamalkan Sabda Tuhan perlu waktu merenungkan tema misa pada hari itu.
Hal ini dilakukan umat sebelum misa dimulai dengan datang lebih awal, mempersiapkan diri dan hati, membaca tema dan berdoa untuk mendapatkan terang Roh Kudus.
“Jadi kok bisa-bisanya terlambat ya? No time and no reason for that. God Bless You,” kata Sang Romo lagi. (*)
Editor: Remigius Nahal
Sumber: Sesawi.net
Tulisan ini telah dimuat di Sesawi.net dengan Judul: Datang Telat pada Misa, Masih Bolehkah Sambut Komuni?
