DENPASAR, Theeast.co.id – Bali saat ini sudah menerima 16.961 orang pekerja migran Indonesia (PMI). Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penangan Covid19 Bali Dewa Made Indra mengatakan, dari jumlah tersebut sebanyak 12.705 orang merupakan warga asli Bali. Sisanya sebanyak 4 ribu lebih merupakan warga luar Bali yang datang melalui Bali. “Hingga saat ini sudah 16.961 pekerja migran Indonesia yang datang, 12.705 asal Bali dan sisanya asal luar Bali namun ikut turun melalui Bali. Jumlah kedatangan pekerja migran Indonesia dan juga ABK diperkirakan akan masih terjadi mengingat belum semua diantara mereka tiba di Indonesia, khususnya Bali,” ujarnya di Denpasar, Kamis (18/6).
Untuk PMI yang pulang sebagai tidak melalui Jakarta atau langsung melalui Bandara Internasional Ngurah Rai dan Cruise Pelabuhan Benoa harus diambil swab nya sekalipun sudah membawa surat sehat bebas Covid19 karena mereka terindikasi masih terkena. Sehingga sambil menunggu hasil swab maka mereka harus menjalani karantina.
PMI yang pulang dari Jakarta dan sudah ditangani oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional maka mereka dapat diterima di tempat karantina, yang selanjutnya akan dikirim ke daerah asal kabupaten dan kota yang dikawal dan diawasi oleh Tim Satgas Gotong Royong berbasis Desa Adat. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan dan penyebaran kepada orang lain yang juga memiliki peluang besar untuk menjadi pasien positif Covid-19.
Perubahan akan terjadi pada saat kedatangan mereka, dimana yang terdahulu saat mereka datang dan diambil uji Swab-PCR dan sambil menunggu hasil mereka dikarantina oleh Provinsi. Namun sesuai perkembangan situasi dan kondisi saat ini maka PMI yang baru datang lanjut diambil uji Swab-PCR nya, sembari menunggu hasil mereka akan dijemput oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid19 Kabupaten/ Kota asal mereka.
Jika hasil mereka positif maka selanjutnya akan dijemput oleh provinsi untuk dikarantina dan ditangani Provinsi Bali. Sedangkan bagi mereka yang uji Swab-PCR nya negatif maka mereka akan menjalani karantina mandiri di rumah mereka masing-masing dengan pengawasan Gugus Tugas Kabupaten/ Kota dan Tim Satgas Gotong Royong berbasis Desa Adat setempat. Hal ini mengingat tingkat kesembuhan mereka dikarantina cenderung lama akibat jumlah yang semakin banyak, sirkulasi yang semakin lambat dan jumlah fasilitas tempat karantina yang semakin penuh.(Axelle Dae).


