
DENPASAR, The East Indonesia – Balai Bahasa Provinsi Bali mengelar Festival Tunas Bahasa Ibu 2022. Festival perdana ini dilaksanakan di Taman Budaya Art Center Denpasar Bali Rabu,(8/11/2022). Festival Tunas Bahasa Ibu ini dalam rangka mengajak generasi milenial menjaga kelestarian bahasa dan sastra daerah sebagai identitas bangsa Indonesia. Hal ini diungkapkan Kepala Balai Bahasa Priovinsi Bali, Herawati usai acara penutupan festival perdana di Taman Budaya Art Center Denpasar Bali. “Bali adalah salah satu destinasi wisata utama di Indonesia. Tentu itu akan mempengaruhi bagaimana upaya mempertahankan bahasa daerah kepada anak-anak kita. Semakin modernisasi, lalu pengaruh bahasa asing kemungkinan akan menggerus kedudukan bahasa dan sastra daerah. Meskipun ini baru (festival) tahun pertama, kami sangat yakin antusiasme masyarakat semakin meningkat,” ungkap Herawati
Menurut Herawati, program revitalisasi bahasa seiring program merdeka belajar Kemendikbudristek menjadi prioritas untuk melestarikan bahasa, sastra dan budaya. Oleh karena itu, pembinaan terhadap generasi milenial harus terus dilakukan, termasuk festival tunas bahasa ibu yang akan digelar rutin hingga tahun 2024. “ Kalau kita tidak membina dari sekarang, dikhawatirkan bahasa sastra dan budaya daerah itu hanya tinggal kenangan. Identitas kelokalan harus senantiasa dipelihara. Inilah yang menjadi dasar kami melakukan revitalisasi bahasa daerah. Tujuannya membangkitkan semangat anak-anak itu. Bagaimana mereka bisa mencintai bahasa dan sastra daerah itu dengan cara yang menyenangkan,” jelasnya.
Dijelaskan Herawati, dalam acara festival ini juga diberikan penghargaan kepada 45 lembaga yang mendapat pembinaan berkelanjutan oleh Balai Bahasa Bali. Dalam penilaian lembaga itu ditetapkan 7 obyek penilaian “Ada 7 obyek kriteria penilaian di masing-masing lembaga dan akan dibina secara berkelanjutan. Jadi ada tiga kelompok besar. Limabelas dibawah lembaga pemerintah daerah, 15 lembaga dibawah kementerian pendidikan dan 10 lembaga swasta,” papar Herawati.

Sementara Asisten I Setda Provinsi Bali, Gde Indra Dewa Putra mengatakan, pemerintah daerah Bali telah memprogramkan bulan bahasa dan mewajibkan bahasa daerah di seluruh instansi. “Setiap hari kamis kami menggunakan bahasa bali termasuk dalam rapat. Bulan Februari juga kami tetapkan jadi bulan bahasa. Itu dalam rangka pelestarian, sehingga generasi dari anak sampai remaja, kembali mencintai bahasa ibu,” paparnya.
Sementara menurut Kepala Pusat Pelindingan Bahasa dan Sastra, Imam Budi Utomo, menjelaskan kolaborasi pemangku kepentingan dari pemerintah pusat hingga daerah diperlukan. Agar bahasa daerah terus dilestarikan agar menjaga identitas bangsa Indonesia. “Inti dari kemanusiaan adalah budaya, inti dari budaya adalah Bahasa dan inti dari bahasa adalah bahasa ibu yang kita pelajari sejak awal. Bahasa ibu identik dengan Bahasa daerah daerah. Nah kalau bahas daerah luntur atau punah, maka melunturkan identitas kita dan kemanusiaan kita,” ungkapnya.*Chris

