
DENPASAR, The East Indonesia – Uskup Denpasar Mgr. DR Silvester San, Pr meminta kepada seluruh wartawan agar tetap berada dalam jalan cinta kasih dan membangun pencerahan di tengah masyarakat melalui karya jurnalistiknya. Hal ini disampaikan uskup yang mewilayahi Bali dan NTB tersebut saat menyampaikan pesan Natal dalam acara Natal dan Tahun Baru Perhimpunan Jurnalis (PENA) NTT Bali yang digelar di The Vasini Smart Boutique & Hotel Denpasar, Sabtu malam (7/1/2023).
Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah wartawan baik dari NTT yang ada di Bali, para bupati atau yang mewakili, Forkopimda baik dari Kota Denpasar maupun Provinsi Bali, DanPomdam Udayana, unsur dari Polda Bali, Polresta Denpasar, Polres Badung serta sejumlah undangan VIP lainnya. Acara tersebut dihadiri juga puluhan jurnalis lainnya dari berbagai media di Bali. Acara juga dimeriahkan oleh tarian Jai yang dibawakan oleh mahasiswa asal Nagekeo Bali.
Dalam pesan natalnya, Uskup mengajak semua yang hadir untuk mensyukuri kebesaran Tuhan. Dunia baru saja melewati masa yang sulit, karena pandemi Covid-19. Khusus di Indonesia Presiden Joko Widodo resmi mencabut PPKM pada akhir 2022 kemarin. Dengan demikian kini telah beralih dari pandemi ke endemi. Uskup juga mengajak untuk berterimakasih kepada pemerintah, dari pusat sampai daerah yang sangat serius menangani Covid-19 dengan memberikan vaksin secara gratis. Akhirnya bangsa Indonesia dibebaskan dari pandemi Covid-19. Kini perayaan ekaristi di geraja khususnya misa Natal dapat digelar secara offline dan tanpa pembatasan-pembatasan lagi.
Telah menjadi kebiasaan bagi gereja Katolik di Indonesia, selalu ada pesan Natal yang dikeluarkan oleh KWI dan PGI dengan tema yang bervariasi. Biasanya tema yang diangkat disesuaikan dengan konteks aktual yang sedang terjadi dalam gereja fan negara. Adapun pesan Natal KWI dan PGI tahun 2022, yakni ‘Pulanglah Mereka Ke Negerinya Melalui Jalan Lain’. Tema ini dikutip dari injil Matius pasal 2 ayat 12. Orang-orang bijak dari timur, dengan bantuan bintang datang untuk menyembah Yesus sang juru selamat. Mereka mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur.
“Setelah mengalami sukacita dalam perjumpaan istimewa tersebut, orang-orang bijak ini kembali ke negerinya melalui jalan lain, sebagaimana ditunjukan oleh Tuhan. Mereka mampu melewati tantangan, hambatan, dan kesulitan dalam perjalanan mereka untuk mencari Yesus raja yang baru lahir. Setelah berjumpa dengan Yesus mereka juga berani menempuh jalan baru yang belum tentu dari jalan sebelumnya,” ujarnya.
Jalan lain dimaksud dapat dipahami juga secara rohani bagi umat Kristiani. “Para jurnalis Pena NTT-Bali menafsir jalan lain sebagai jalan untuk menyuarakan kebenarakan, keadilan, perdamaian, dan cinta kasih. Sesudah berjumpa dengan Yesus, orang tidak lagi hidup dengan cara lama, melainkan dengan cara yang baru yaitu menjadi manusia baru. Natal juga mengajak untuk menemukan jalan baru dan kreatif dalam mewartakan kasih Allah kepada sesama dan semua makhluk ciptaan-Nya,” ujarnya.
Orang-orang bijak dari timur yang berjalan mencari Yesus mengajak kita juga untuk berjalan bersama dalam menemukan kehendak Dia yang tinggal di antara kita, yaitu Yesus sang Emanuel untuk menegakkan kerajaan kasih-Nya.
Sebagai warga bangsa dan warga gereja, meskipun kita bhineka (berbeda agama, suku, golongan, budaya) musti selalu berjalan bersama agar dalam kebersamaan itu kita mampu menghadapi berbagai macam tantangan dan kesulitan. Memang kebhinekaan rawan akan konflik dan perpecahan, tetapi keanekaragaman itu juga merupakan anugerah Allah yang harus disyukuri, dirawat, dan dikembangkan sebagai kekayaan dan kekuatan bersama.
Keanekaragaman yang kita sadari sebagai anugerah Tuhan itu, seharunya mendorong kita untuk saling bergandeng tangan dalam mewujudkan tatanan kehidupan bersama yang lebih bermartabat. Dengan berjalan bersama kita dimampukan untuk pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat dalam membangun kembali kehidupan dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19.
‘Kita membangun peradaban kasih di tengah menguatnya tindak kekerasan. Merajut kerukunan di tengah merebaknya intoleransi. Kita mempopulerkan budaya jujur di tengah mengguritanya tindak kejahatan korupsi. Kita menggemakan pertobatan ekologis di tengah maraknya kerusakan lingkungan. Kita menggunakan etika politik yang beretika dan bermoral menjelang pesta dokrasi tahun 2024,” ujarnya.
Dengan berjalan bersama dapat menghasilkan kekuatan yang luar biasa. Oleh karena itu, semangat berjalan bersama perlu ditopang dengan sikap saling memahami. Menerima, mendengarkan, dan menghargai kawan seperjalanan, yaitu seluruh warga bangsa Indonesia. “Untuk itu kita hilangkan berbagai pikiran negatif dan prasangka buruk. Hendaknya kita berpikir positif dan kita kembangkan budaya hidup damai dan bersaudara. Kita harus menjadi teman bagi saudara kita yang menjadi korban, misalnya pelecehan seksual, narkoba, PHK, diskriminasi, dan lainnya. Kasih Allah yang hadir dalam peristiwa Natal memanggil kita untuk peduli kepada sesama yang sedang menderita,” ajak Uskup dalam acara yang dihadiri oleh sejumlah pejabat dan politisi yang hadir.
Berkaitan dengan hal itu Pena NTT dipanggil untuk membangun pencerahan di era disrupsi komunikasi sosial. Demi nilai-nilai kehidupan dan nilai iman yang harus terus-menerus dipertahankan, apapun situasinya, nilai kehidupan dan nilai iman tidak boleh dikorbankan.
Pena NTT Bali sebagai wadah para jurnais dari NTT yang bergerak pada media mainstream dipanggil untuk teguh menyuarakan kebenaran dan keadilan. Mengkritisi kebijakan yang keliru dan membangun kehidupan yang bermartabat, serta berkontribusi untuk membangun gereja dan bangsa ini. Tuliskan berita yang menyejukan dan mendamaikan hati banyak orang.
“Hendaknya kita mengunggah foto-foto tentang keindahan hidup bersama di tengah aneka perbedaan. Boleh juga membuat film pendek yang menginspirasi banyak orang untuk peduli kepada orang lain seta al ciptaan-Nya. Hendaknya kita mengisi ruang publik dengan kesejukan dan kedamaian guna menyebarluaskan nilai-nilai keadilan, kebenaran, kebersamaan, kesetaraan, kesederhanaan, dan sebagainya,” ajak Uskup.
Uskup juga mengaja untuk bersama-sama berani lawan ujaran kebencian dan berita bohong yang dapat merusak kerukunan kehidupan bersama. Sekalipun Pena NTT bergerak di media mainstream juga dipanggil untuk menjadi pelopor yang bijak dan cerdas dalam bermedia sosial dan semakin kreatif dalam mewartakan kasih. Setia memebang nilai-nilai moral dan etika di dunia maya.
“Harapannya kasih Allah semakin terpancar dan damai sejahtera semakin nyata. Jalan-jalan kreatif yang ditawarkan oleh media sosial sudah sepantasnya kita manfaatkan sebagai sarana pewartaan, sehingga mampu menggerakan banyak orang untuk menjadi duta-duta kasih dan pelopor perdamaian di lingkungan keluarga, gereja, dan masyarakat umum. Pena NTT saya harapkan juga terlibat aktif dalam kehidupan menggereja,” tandasnya.***AD