ATAMBUA, The East Indonesia – Wakil Bupati Belu, Dr. Drs. Aloysius Haleserens, MM meminta kepada berbagai pihak dan instansi terkait untuk saling bersinergi dalam mencegah kematian ibu dan bayi di Kabupaten Belu wilayah Perbatasan Negara RI-RDTL.
Hal ini disampaikan Wabup Belu, Aloysius Haleserens saat membuka kegiatan Diseminasi Hasil Audit Maternal Perinatal tingkat Kabupaten Belu.
Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Susteran SSpS Atambua, Kelurahan Kota, Kecamatan Kota Atambua, Kabupaten Belu, pada Jumat 15 Desember 2023.
Hadir dalam kegiatan pembukaan tersebut, Kadis Kesehatan, drg. Ansilla Mutty, para narasumber, Para Camat, para Kepala Puskesmas, para Lurah dan 100-an peserta.
“Saya mengajak kita semua agar bisa berpartisipasi aktif sesuai dengan tugas dan fungsi kita masing-masing dalam upaya penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita di kabupaten belu, demi tercapainya masyarakat Belu yang sehat, berkarakter dan kompetitif,” pinta Wabup Belu.
Wabup menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 telah memberikan arah Pembangunan Bidang Kesehatan dengan Visi meningkatkan pelayanan kesehatan melalui Jaminan Kesehatan Nasional, khususnya penguatan pelayanan kesehatan primer dengan peningkatan upaya promotif dan preventif yang didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi.
Kebijakan dalam RPJMN ini difokuskan pada lima hal yaitu meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, mempercepat perbaikan gizi masyarakat, meningkatkan pengendalian penyakit, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dan memperkuat sistem kesehatan dan pengendalian obat dan makanan.
“Peningkatan Kesehatan Ibu Dan Anak difokuskan pada upaya penurunan Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Neonatal Dan Peningkatan Cakupan Vaksinasi. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi bukan hanya merupakan indikator Kesehatan Ibu dan Anak, namun juga dapat menggambarkan tingkat akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, efisien dan efektifitas dalam pengelolaan Program Kesehatan,” ujar Aloysius Haleserens.
Wabup Belu pun menyampaikan bahwa terdapat 7 kasus kematian ibu dan 49 kasus kematian bayi yang terjadi di kabupaten belu sepanjang bulan Januari sampai dengan November Tahun 2023.
“Berbagai program telah dilaksanakan pemerintah untuk menurunkan kematian ibu dan bayi, namun sejauh ini belum ada perubahan yang bermakna. Sehingga diperlukan analisis komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab masih tingginya angka kematian ibu dan bayi,” pungkasnya.
Ditambahkan, “Kegiatan pertemuan hari ini adalah kelanjutan dari kegiatan kemarin. Dimana tim pengkaji maternal dan perinatal telah melakukan audit atau bedah kasus terhadap kasus kematian ibu dan bayi yang terjadi sepanjang Tahun 2023 ini. Atas dasar hasil kajian tim audit Maternal Perinatal tersebut kemudian telah dirumuskan beberapa rekomendasi yang penting untuk ditindaklanjuti, tidak hanya oleh sektor kesehatan tetapi juga oleh lintas sektor karena persoalan kesehatan tidak akan dapat diselesaikan hanya oleh sektor kesehatan.” (Ronny)