BALI — Industri fashion global tengah bergerak menuju arah yang lebih sadar lingkungan, dan tahun ini Bali Fashion Network® (BFN) 2026 menjadi salah satu panggung utama bagi perubahan tersebut. Salah satu sorotan hadir dari Greenhope, perusahaan teknologi material asal Indonesia yang memperkenalkan inovasi biodegradable sebagai solusi alternatif terhadap plastik sekali pakai — membuka babak baru dalam penerapan prinsip fashion berkelanjutan di Tanah Air.
Sebagai social enterprise berbasis teknologi material, Greenhope membawa misi untuk mendorong masyarakat menuju konsumsi dan produksi yang lebih bertanggung jawab. Melalui riset dan inovasi mandiri, Greenhope menghadirkan tiga teknologi unggulan:
-
Oxium, aditif biodegradable untuk plastik konvensional;
-
Ecoplas, bioplastik berbasis singkong yang dapat terurai secara alami; dan
-
Naturloop, bioplastik home-compostable yang sepenuhnya aman bagi lingkungan.
Teknologi ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menciptakan dampak sosial positif melalui sistem perdagangan adil dengan koperasi petani singkong di berbagai wilayah Indonesia. Pendekatan ini menjadikan Greenhope sebagai contoh nyata bagaimana inovasi hijau dan pemberdayaan lokal dapat berjalan beriringan.
“Kehadiran Greenhope di Bali Fashion Network® 2026 menegaskan bahwa keberlanjutan tidak berhenti pada desain atau produk, tetapi juga pada bagaimana pengemasannya,” ujar Chris Rianto, Founder & CEO Paramatex sekaligus inisiator Bali Fashion Network®.
“BFN kami bangun sebagai ruang kolaborasi — tempat ide dan teknologi bertemu dengan pelaku industri untuk menciptakan fashion yang bukan hanya indah, tetapi juga bermakna dan bertanggung jawab.”
Dari Inovasi Lokal ke Jaringan Global
Greenhope saat ini telah bekerja sama dengan lebih dari 150 brand dan konverter di 12 negara, serta menjadi bagian dari jaringan global seperti World Economic Forum’s Schwab Social Entrepreneurs, Catalyst2030, dan UN Global Compact. Filosofi mereka, “less ego, more eco”, menjadi pesan kuat yang sejalan dengan semangat Bali Fashion Network® 2026 untuk mendorong transformasi industri dari dalam.
Dengan menghadirkan Greenhope, BFN semakin menegaskan perannya sebagai wadah strategis bagi fashionpreneur, produsen, dan inovator material. Tahun ini, ajang tersebut mencatat 70 tenant (naik 30% dari tahun sebelumnya) dan menampilkan 12 fashion show dari berbagai brand dan produsen ternama, termasuk WL Productions, Gino Valentino, S&F Garment Manufacture, Swimwear Manufacture ID, PT Giore Artha Jaya, Richi Rich, JustJoDesign, Sarada Wear, Segara Essentials, Hormesis Attire, Sarassuwan, dan IDB.
Melalui kehadiran Greenhope dan kolaborasi lintas sektor, BFN 2026 memperluas perannya sebagai platform yang menghubungkan kreativitas, teknologi, dan nilai keberlanjutan dalam satu panggung yang inspiratif.
“Kami percaya masa depan fashion tidak hanya tentang gaya, tetapi juga tentang dampak. BFN ingin menjadi katalis bagi pelaku industri agar berani berevolusi — dari sekadar menciptakan produk menjadi menghadirkan nilai,” tutup Chris Rianto.
Komitmen Menuju Industri Fashion yang Berkelanjutan
Dengan sinergi antara inovasi lokal dan kolaborasi global, Bali Fashion Network® 2026 menegaskan komitmennya untuk membawa industri fashion menuju masa depan yang lebih hijau, inklusif, dan berdaya saing tinggi. Ajang ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara pelaku bisnis, desainer, dan inovator material dapat mendorong perubahan nyata menuju fashion yang lebih beretika dan berkelanjutan.
Paramatex adalah supplier kain berkualitas tinggi yang berbasis di Bali dan menjadi penyelenggara utama Bali Fashion Network®. Dengan komitmen terhadap inovasi dan keberlanjutan, Paramatex berperan aktif memperkuat daya saing industri fashion lokal maupun internasional. Melalui kegiatan seperti Bali Fashion Network®, Paramatex menegaskan visinya bahwa fashion dapat menjadi sarana perubahan positif, mendorong terbentuknya industri yang kreatif, beretika, dan berdampak bagi masyarakat serta lingkungan.***