DENPASAR – Masyarakat Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, Denpasar kembali menyelenggarakan tradisi “Omed-omedan” yang dikemas dalam rangkaian acara Sesetan Herritage of Omed-omedan (SHOF), Minggu (18/3). Anak Agung Ngurah Bima selaku pengelingsir Puri Oka Sesetan menjelaskan secara singkat sejarah tradisi ini.
Menurutnya tradisi ini telah ada sejak abad ke-18, dan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sosial dan spiritual, atau dalam masyarakat Hindu Bali sering disebut dengan istilah “sekala” dan “niskala”.
“Tradisi ini terkait dengan puri, sudah ada sejak abad ke-18, saat itu pengelingsir Puri Oka, Anak Agung Made Raka sakit keras , namun ia melarang warga untuk menghadap, warga yg kecewa tidak dapat melihat junjungannya akhirnya membuat suatu acara omed-omedan (tarik-tarikan, -red), suara riuh dari acara tersebut membuat raja terganggu dan marah, akhirnya dengan dibopong oleh abdi puri beliau memaksakan diri keluar, namun setelah melihat acara tersebut beliau justru sembuh, dan malah memerintahkan agar acara tersebut diselenggarakan setiap tahun,” jelas pengelingsir Puri Oka tersebut.

Tradisi ini memiliki makna simakrama, atau ikatan tali persaudaraan. Dilaksanakan dalam rangka menyambut tahun baru Caka, setelah melaksanakan catur brata penyepian, yang bertujuan untuk memupuk rasa persaudaraan.
Ia juga mengungkapkan, selain rasa persaudaraan, di dalam tradisi ini juga terkandung sejarah semangat perjuangan dan anti kolonialisme. Karena meski sempat dilarang oleh pemerintah kolonial namun rakyat sesetan tetap bergeming, dan terus melaksanakan tradisi ini meskipun di bawah ancaman pemerintah kolonial waktu itu.

“Pada saat jaman kolonial kita sempat dilarang melaksanakan omed-omedan ini, tapi kita tidak tunduk dengan ancaman itu, kita tetap melaksanakanya kegiatan ini meskipun di bawah intimidasi,” ungkapnya.
Beliau juga menerangkan, bahwa pada tahun 1984 tradisi ini sempat ditiadakan karena stigma yang kurang baik, namun dengan beberapa pertimbangan, baik secara sekala maupun niskala akhirnya kegiatan ini kembali dilaksanakan, dengan mengikuti pakem seni yang telah ditetapkan dan kini dikemas lebih modern dengan rangkaian berbagai kegiatan seperti pagelaran band, festival makanan, dan kegiatan lainnya.


