DENPASAR – PLN Distribusi Bali mengungkapkan terjadi penurunan pemakaian listrik hingga mencapai 40 persen selama pelaksanaan Nyepi kemarin. Hal itu diungkapkan oleh Deputi Manajer Komunikasi dan Bina Lingkungan PLN Distribusi Bali, I Gusti Ketut Putra, saat ditemui di kantor PLN Distribusi Bali, Selasa (20/3).
“Beban puncak saat Nyepi kemarin mencapai 515 MW (Mega Watt, -red) pada saat siang, sedangkan pada saat malamnya mencapai 518 MW, terjadi penurunan sekitar 40 persen dari hari biasa, di hari biasa beban puncak bisa mencapai hingga 800 MW normalnya,” terangnya.
Namun apabila dibandingakan dengan pada saat Nyepi pada tahun yang lalu, lanjutnya, saat ini terjadi sedikit peningkatan, dimana beban puncak pada saat Nyepi tahun 2017 mencapai 498 MW pada saat siang harinya, sedangkan pada saat malam harinya mencapai 506 MW.
Terkait kemampuan total suplai listrik PLN Bali, Gusti Putra mengatakan Bali sampai saat ini mampu mensuplai listrik hingga mencapai 1200 MW, daya tersebut dipasok dari lima sumber pasokan yaitu PLTU Celukan Bawang, kabel laut Jawa-Bali, PLTDG sektor Pesanggaran, PLTU Pemaron, dan Gilimanuk.
“Secara normal kemampuan suplai kita saat ini mencapai 1200 MW, sedangkan beban puncak kita secara normal saat ini mencapai 800 MW, jadi kita masih ada saving sebesar 400 MW,” ungkapnya.
Pihaknya memprediksi, pada tahun 2026 kebutuhan konsumsi listrik Bali akan mencapai 2800 MW. Untuk memenuhi itu, ia mengatakan dapat terpenuhi dengan sumber dari Jawa-Bali crossing. Namun apabila instalasi tersebut tidak dapat terealisasi ia mengatakan akan dibutuhkan sedikitnya sembilan pembangkit baru.
“Pada 2026 nanti kebutuhan kita akan mencapai 2800 MW, apabila Jawa-Bali crossing tidak dapat terealisasi setidaknya kita butuh sembilan pembangkit yang setara dengan Celukan Bawang, kalo tidak kita bisa kewalahan, bisa defisit nanti,” tutupnya.


