DENPASAR – Polemik soal bantuan kepada desa pakraman di seluruh Bali masih saja terjadi. Polemik itu terjadi dan semakin menguat sejak adanya komentar kritis dari Gubernur Bali Bali Made Mangku Pastika beberapa waktu lalu yang mengatakan jika bantuan desa pakraman sebanyak Rp 500 juta pertahun itu tidak realistis dan tidak edukatif.
Komentar Pastika ini dilandasi oleh postur APBD Bali yang peruntukkannya sudah sesuai dengan UU dan aturan yang berlaku dengan PAD Bali saat ini yang mencapai Rp 6,5 triliun lebih. Bahkan Pastika seolah memberikan harapan yang pesimis jika PAD Bali sudah tidak bisa naik lagi, atau cenderung di tahun-tahun yang akan datang karena kondisi ekonomi global.
Setelah polemik itu berkepanjangan, maka calon gubernur (Cagub) Bali dari pasangan calon nomor urut 2 Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra akhirnya secara gamblang menjelaskan soal program untuk meningkatkan bantuan kepada desa pakraman di seluruh Bali. Saat dikonfirmasi di Denpasar, Kamis (31/5), Rai Mantra secara terbuka menjelaskan komitmennya untuk terus konsisten membantu desa pakraman di seluruh Bali.
“Ide membantu Desa Pakraman Rp500 juta per desa per tahun adalah wacana dilandasi semangat untuk mengimplementasikan Program Nawacita di tingkat Nasional khususnya poin ke 3 yakni membangun dari desa. Nawacita ini di Bali diterjemahkan menjadi Nawacandra, yaitu membangun secara berkeadilan di 9 kabupaten/kota. Salah satunya membangun dari desa di desa pakraman. Kenapa desa pakraman, karena membangun Bali segala aspek dilandasi budaya adiluhung Bali dan jantung pertahanan budaya tersebut ada di desa pakraman,” ujarnya.
Oleh karenanya membantu desa pakraman adalah upaya strategis untuk melindungi Budaya Bali itu sendiri.
Rai Mantra juga mempertanyakan, kenapa ada tokoh Bali, ada pemimpin Bali yang mempersoalkan bahwa bantuan itu tidak realistis dan tidak edukatif.
“Tokoh itu menjelaskan di berbagai media, kalau bantuan itu tidak realistis, tidak edukatif, hanya dengan alasan aturan dan sumber keuangan atau PAD. Rakyat harus tanya balik. Kenapa niat untuk membantu desa pakraman dipersoalkan dengan alasan regulasi dan sumber keuangan dari mana. Ini masalah komitmen, ini masalah pilihan politik. Kalau kita komitmen, maka ada solusi,” ujarnya.
Bantuan itu akan dilakukan pada saatnya, bukan pada masa kepemimpinan yang sekarang.
Sementara politisi senior Golkar, Nyoman Sugawa Korry juga menjelaskan hal yang sama. Menurut Sugawa, polemik yang terjadi karena pemimpin Bali yang berpikir kerdil, merasa tidak bisa memperjuangkan uang sebesar itu. Padahal sumber dananya ada. “Pertanyaannya, apakah itu mungkin? Darimana anggarannya? Apakah itu khayalan?
Maka saya pastikan bahwa jawabannyasangat mungkin. Dan uang itu ada, mencukupi. Kita tidak mau berdebat. Kalau pemimpin mau berkomitmen, maka sumber dana itu ada, tinggal bagaimana cara mengolahnya, dan saya pastikan tidak akan melanggar aturan yang ada,” ujarnya.
Politisi asal Banyuatis Buleleng itu menjelaskan, sebenarnnya anggaran Rp500 juta pertahun per-desa adat itu sudah mampu dianggarkan sebesar Rp225 juta pada tahun ini. Berarti tahun mendatang kurang lagi Rp275 juta per desa per tahun atau jika ditotal sekitar 400 M. Kekurangan ditutupi dengan efisiensi anggaran, peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) yakni sebesar Rp335 Milyar),
serta ada beberapa pembiayaan yang tidak dilaksanakan lagi tahun mendatang. Adapun pembiayaan yang tidak dilaksanakan lagi tahun mendatang adalah Anggaran untuk Pilkada dan pengamanannya sebesar Rp225 Milyar, Pembangunan RS Jiwa Bangli Rp60 Milyar, RS Mata Indra Rp50 Milyar dan RS Bali Mandara sekitar Rp100 Milyar. Jika dijumlahkan, semua sekitar Rp760 Milyar. Sedangkan kebutuhan utk menutupi kekurangan hanya Rp400 Milyar. “Jadi program ini sangat realistis. Di luar itu, untuk menjadi bangsa yang besar kita harus mau bekerja keras. Sebagai kepala daerah, adalah tugas Mantra-Kerta untuk mencari sumber-sumber pendapatan daerah dan menggerakkan ekonomi masyarakat. Hanya pemimpin yang lemah yang takut melakukan hal ini untuk menguatkan desa pakraman. Itulah cara kami ngayah, ngayah, ngayah kepada Desa Pakraman,” ujarnya.

