Denpasar,Theeast.co.id – – Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indera mengatakan, kesiapan dalam penanggulangan bencana alam yang terpenting adalah kemampuan dan kesiagaan dari daerah yang mengalami bencana. Dengan terbangunnya kesiapsiagaan dan networking yang baik dan kuat akan membuat Bali siap menjadi penyelenggara setiap even-even internasional, disamping juga untuk mendukung citra pariwisata Bali di mata wisatawan. Hal ini disampaikan Dewa Indra saat membuka Rapat Koordinasi Finalisasi Rencana Operasi Penanganan Darurat Bencana dalam rangka Pelaksanaan Pertemuan Tahunan IMF-WBG di Ruang Rapat Sekda Kantor Gubernur Bali, Selasa (31/7).
“Hal ini sebagai bagian untuk memperkuat kesiapsiagaan kita dalam menghadapi bencana, tidak hanya untuk menyambut even annual meeting IMF saja tetapi untuk seterusnya. Kebetulan kita mendapat kesempatan even ini mari kita jadikan momen ini untuk memulai dan terus memantapkan kesiapsiagaan kita, sehingga ada even apapun di Bali kita selalu siap,” tegas Dewa Indra.
Dewa Indra mengharapkan kerjasama seluruh stakeholder dalam membangun kesiapsiagaan penanggulangan bencana di Bali. “Semua harus bekerjasama, tidak ada yang berdiri sendiri. Semua instansi bersifat penting, sesuai perannya masing-masing, jadi harus bekerjasama. Jangan sampai bencana terjadi, kita tidak siap,” ujar Dewa Indra. Menurutnya, Bali sudah sangat berpengalaman dalam berbagai penanganan bencana selama ini. Beberapa peristiwa bencana alam yang terjadi di Bali dilakukan dengan baik, ditangani dengan baik, dan sudah teruji. Memang disana-sini masih ada banyak kekurangan, tetapi secara umum sudah berjalan dengan baik.
Disisi lain, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana RI Wisnu Wijaya menyatakan rapat tersebut akan membahas Rencana Operasi terhadap 3 ancaman bencana yang kemungkinan menimpa Bali yakni ancaman gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami. Hal terpenting dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana menurutnya terletak pada penyebaran informasi dan komunikasi. Informasi yang diberikan petugas diharapkan bisa segera sampai ke masyarakat dan dipahami untuk kemudian dipadukan dengan penanganan oleh instansi terkait. Sedangkan komunikasi diharapkan bisa dibangun satu sistem yang bisa dimanfaatkan oleh setiap orang berbasis berbagai bahasa negara tetangga, bukan malah sebaliknya masing-masing membuat sistem. Dengan terbangunnya informasi dan komunikasi diharapkan dapat memberikan berita yang akurat, bukan hoax seperti yang sering terjadi saat ini.
Wisnu Wijaya juga menyampaikan bencana meletusnya gunung berapi bisa dilihat dari sisi positif dengan menjadikannya sebagai salah satu objek wisata. “Fenomena gunung meletus tidak melulu sebagai bencana, mari geser pesepsi, lihat dari keindahannya, ini bisa dijadikan tujuan wisata asalkan dilihat dari lokasi yang aman. Tentu akan menjadi daya tarik lain bagi wisatawan, para pengungsi pun bisa berbuat lebih banyak disana dengan menjual souvenir dan sebagainya, sehingga lebih bermartabat daripada menjadi potret objek penderitaan dan kemanusiaan yang dikasi makanan, dan mereka pun dapat penghasilan tambahan dikala tertimpa bencana,” cetus Wisnu.(Axele Dhae)

