Atambua,Theeast.co.id – Tarian adat Likurai dan penyematan tanda kenangan berupa Selendang dilakukan dalam penyambutan rombongan Wantimpres di Desa Kewar, kecamatan Lamaknen, kabupaten Belu perbatasan Negara RI-RDTL, Sabtu (16/02/2019). Desa Kewar merupakan salah satu Desa di kabupaten Belu yang memiliki batas langsung dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste.
Berdasarkan pantauan awak media, belasan warga Kewar berbusana biru dengan bawahan kain adat lokal menyambut kedatangan rombongan Wantimpres bersama Pimpinan Daerah Belu dan sejumlah Forkompinda Belu di daerah Kampung Adat Lamaknen dengan menyuguhkan tarian Likurai sebagai ucapan selamat datang sekaligus ucapan terima kasih kepada seluruh rombongan yang telah mengunjungi daerah tersebut. Mereka pun menyempatkan selendang kepada para rombongan sebagai tanda kenangan akan daerah Kewar, Lamaknen yang telah kunjungi.
Seusai disematkan selendang, para rombongan pun diiring dengan Tarian Likurai menuju Sadan Loro Lamaknen yang disediakan sebagai tempat dialog bersama masyarakat sekitar untuk mendapatkan keluhan dan aspirasi masyarakat.
Untuk diketahui Tarian Likurai merupakan tarian tradisional sejenis tarian perang yang khas dari daerah kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tarian ini awalnya merupakan tarian yang sering ditampilkan untuk menyambut para pahlawan yang pulang dari medan perang. Konon pada zaman dahulu di daerah Belu terdapat tradisi memenggal kepala musuh. Sehingga ketika mereka pulang dari medan perang selalu membawa kepala musuh yang dikalahkannya sebagai simbol keperkasaannya.
Tarian ini biasanya dilakukan oleh beberapa penari pria dengan menggunakan pedang dan penari wanita dengan menggunakan Tihar atau kendang kecil sebagai atribut menarinya. Tarian Likurai ini merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di daerah Belu, Nusa Tenggara Timur, dan sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu penting, upacara adat, pertunjukan seni dan festival budaya. Dalam perkembangannya Tarian Likurai masih dipertahankan oleh masyarakat Belu dan sering ditampilkan untuk upacara adat, penyambutan tamu penting, bahkan pertunjukan seni dan budaya.
Tarian ini dilakukan sebagai wujud penghormatan masyarakat dalam menyambut kedatangan tamu tersebut. Selain itu tarian ini juga menggambarkan ungkapan rasa syukur dan gembira masyarakat dalam menyambut tamu yang datang ke daerah kabupaten Belu. (Ronny)


