DENPASAR, Theeast.co.id – Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) RI Penny K. Lukito mengakui jika bahan baku produk obat kimia di Indonesia sebagian besar didatangkan dari luar. Bahan baku tersebut ternyata sebanyak 60% berasal dari China dan sisa lainnya berasal dari India dan hanya sedikit yang berasal dari dalam negeri. “Dengan adanya virus korona maka seluruh bahan baku produk obat kimia dari China disetop. Inilah kesempatan bagi Indonesia untuk segera melakukan berbagai langkah memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ujarnya di Kuta Bali, (5/4).
Menurutnya selama ini, Indonesia memang sangat tergantung dari negara lain terutama bahan baku untuk obat kimia. Salah satunya adalah China. Namun pemerintah memberikan jaminan bahwa bahan baku obat kimia akan tetap ada dengan cara apa pun, termasuk dengan cara memaksimalkan produk dalam negeri dan melirik beberapa produsen bahan baku selain China. “Kita harus berinovasi sekarang, bagaimana caranya mendatangkan bahan baku obat kimia yang kontinyu. Kita harus akui bahwa kemandirian terhadap bahan baku obat kimia masih menjadi tantangan besar,” ujarnya. Namun apa pun tantangannya, pemerintah harus menjamin bahwa bahan baku itu harus ada. Sebab, obat kimia sangat urgen dan dibutuhkan oleh semua orang.
Selain menjadi tantangan kemandirian bahan baku, Corona juga bisa menciptakan peluang baru bagi Indonesia untuk lebih mengeksplor berbagai produk herbal. Pemerintah akan gencar melakukan riset, melakukan uji klinis dan kemudian memproduksinya seperti obat kimia tetapi bahannya herbal dan organik. Jadi sudah ada sentuhan teknologi dengan riset dan uji klinis yang berkualitas sehingga produk herbal tersebut bisa menjadi obat atau layaknya diproduksi seperti obat kimia. “Untuk produk herbal, Indonesia tidak pernah melakukan import bahan baku. Justeru sebaliknya Indonesia mengekspor bahan baku seperti jahe, kunyit, lengkuas dan sebagainya. Hanya ginseng yang diimport. Itu pun saat ini sedang dikembangkan,” ujarnya.(axelle dae).


