Bali Klaim Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19 Mengalahkan Dunia

286
Bali Klaim Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19 Mengalahkan Dunia/theeast.co.id
Bali Klaim Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19 Mengalahkan Dunia/theeast.co.id

DENPASAR, Theeast.co.id – Gubernur Bali I Wayan Koster dalam berbagai kesempatan mengatakan, jika Bali tidak dibanjiri pekerja migran Indonesia (PMI) asal Bali maka kasus pasien positif Covid19 di Bali bisa dihitung jari. Sebab dari data yang ada, kebanyakan pasien positif di Bali adalah mereka yang datang dari luar negeri dan dari daerah terjangkit di luar Bali. “PMI adalah warga Bali. Oleh karena Pandemi Covid19 ini sudah mendunia maka mereka harus pulang ke Bali. Mereka kehilangan pekerjaan. Pengangguran akan bertambah. Jumlahnya lebih dari 10 ribu orang. Semua mereka berada di negara terpapar. Inilah yang menyebabkan kasus positif di Bali meningkat. Dari merekalah transmisi lokal terjadi,” ujarnya di Denpasar, Jumat (8/5).

Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah bekerja ekstra keras. Kedatangan PMI diperiksa ketat. Sebelumnya hanya diperiksa suhu tubuh kemudian diminta untuk karantina mandiri. Saat ini baik provinsi maupun kabupaten di Bali bekerja ekstra keras. Saat tiba di Bandara Ngurah Rai dan Pelabuhan Benoa, semua PMI diperiksa ketat dengan Rapid Test dan berbagai prosedur lainnya.

Untuk PMI yang ditemukan reaktif hasil rapid test maka akan dikarantina oleh provinsi. Bila kondisinya sehat maka mereka dikarantina di beberapa lokasi karantina yang sudah disiapkan. Sebaliknya bila kondisinya sakit maka langsung diisolasi di beberapa rumah sakit rujukan yang sudah disiapkan. Kemudian bila PMI yang hasil rapid test normal atau negatif maka akan diserahkan ke masing-masing kabupaten dan kota.

“Disana akan dikarantina dalam pengawasan ketat oleh petugas. Selama proses karantina akan diperiksa selama dua kali. Bila sampai 14 hari negatif maka para PMI yang dikarantina di kabupaten akan dipulangkan ke tengah keluarga. Itu pun harus melakukan karantina mandiri di rumah masing-masing,” ujarnya.

Berbagai upaya ini membuat tingkat kesembuhan Bali terbaik dunia. Koster menegaskan jika berbagai kebijakan dan upaya dalam penanganan COVID-19 sampai saat ini telah menunjukkan hasil yang nyata dengan memakai tiga indikator penting. Pertama, rata-rata penambahan pasien positif COVID-19 per hari di Bali sebanyak 7 orang atau peringkat terendah keempat, lebih rendah daripada DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Banten.

“Data menunjukkan bahwa pasien positif COVID-19 sebagian besar bersumber dari PMI/ABK sebanyak 54 persen, transmisi lokal Bali sebanyak 36 persen, daerah luar Bali sebanyak 7 persen dan WNA sebanyak 3 persen. Sedangkan kasus di provinsi lain, pasien positif sebagian besar merupakan transmisi lokal,” papar dia.

Kedua, persentase kesembuhan pasien positif COVID-19 di Bali mencapai sekitar 58,67 persen yang artinya paling tinggi di Indonesia dan berbeda jauh daripada sembilan provinsi lainnya. Bahkan, kata Koster, tingkat kesembuhan di Bali jauh di atas rata-rata nasional (16,86 persen) dan global atau dunia (32,10 persen).

“Di Bali rata-rata lama perawatan pasien positif COVID-19 sampai sembuh adalah selama 13 hari, masa perawatan paling cepat selama 3 hari dan paling lama 39 hari untuk kasus berat,” urai dia. Ketiga, persentase pasien positif COVID-19 yang meninggal di Bali hanya 1,48 persen atau yang paling rendah dari sembilan provinsi lainnya, bahkan jauh di bawah rata-rata nasional (7,46 persen) dan global/dunia (7,04 persen).

“Patut dicatat bahwa dari 4 orang pasien positif yang meninggal di Bali, 2 orang merupakan WNA, 1 orang dari daerah luar Bali dan 1 orang PMI/ABK warga Bali,” katanya.

Meskipun Bali tidak menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), tetapi menurut Koster sejauh ini penanganan COVID-19 menunjukkan hasil yang lebih baik dan terkendali. Padahal, sebelumnya berbagai pihak sangat mengkhawatirkan Bali akan terancam COVID-19 karena sebagai destinasi wisata dunia terbesar di Indonesia. “Tetapi sejauh ini, fakta menunjukkan hal yang kontras berbeda,” ujarnya.(axelle dae).