DENPASAR, Theeast.co.id – Setelah 14 hari dilakukan karantina wilayah di Banjar Serokadan, Desa Abuan, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, Pemprov Bali bersama Pemkab Bangli akhirnya mencabut status karantina di wilayah tersebut pertanggal 15 Mei 2020. Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid19 Bali Dewa Made Indra mengatakan, setelah status karantina dicabut maka warga di Banjar Serokadan sudah diperbolehkan melakukan aktifitas secara terbatas. “Sudah 14 hari lamanya masyarakat Banjar Serokadan, dan beberapa banjar di Desa Abuan menjalani masa isolasi wilayah, guna mencegah dan memutus penyebaran pandemi Covid19. Masa karantina sudah selesai. Masyarakat Desa Abuan diizinkan kembali melaksanakan aktivitas seperti sedia kala setelah dicabutnya status karantina wilayah,” ujarnya.
Menurut Dewa Indra, setelah mencermati perkembangan kasus yang ada dimana masyarakat sudah menjalankan masa karantina dengan sangat disiplin. Hal ini dibuktikan dengan hasil pemeriksaan yang menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Untuk itu pemerintah mencabut masa karantina dan masyarakat bisa beraktifitas seperti biasa.
“Dengan mempertimbangkan perkembangan yang ada, maka sejak Jumat (15/5) karantina wilayah Desa Abuan dinyatakan dihentikan. Masyarakat bisa kembali ke aktivitas awal, ke situasi new normal, yakni situasi dimana masyarakat boleh melaksanakan kegiatan namun tetap mengindahkan kewaspadaan. Bukan sebebas-bebasnya, tapi tetap mengikuti protokol pencegahan penyebaran Covid19,” tegas Dewa Indra.
Sekalipun status karantina dicabut, masyarakat diminta untuk tetap waspada, tetap mengikuti protokol pencegahan Covid19 yang masih harus terus dilaksanakan, karena penanganan Covid 19 belum berakhir, dan kapan berakhirnya belum bisa dipastikan.
“Masa isolasi memang sudah berakhir, tapi kembali saya tegaskan upaya pencegahan dan penanganan Covid belum berakhir. Ini masih terus berjalan, hingga Bali benar-benar dinyatakan bebas penyebaran covid19. Satu indikator terpenting dalam memastikannya yakni adanya transmisi lokal, jika masih ada transmisi lokal berarti Bali belum bebas dari virus ini, berarti masih ada masyarakat yang belum disiplin melaksanakan protokol pencegahan. Saat ini pun masih ada transmisi lokal, termasuk di Bangli, itulah kenapa sebabnya saya minta tetap waspada,” ujarnya.
Ia meminta agar masyarakat bisa dengan hanya mendengar dan menyaksikan berbagai penjelasan informasi dan edukasi di berbagai media, penyebaran sebenarnya bisa dicegah, asal tetap disiplin melaksanakan himbauan protokol pencegahan. Dan itu harus dilaksanakan oleh setiap orang, bukan hanya satu-dua orang. “Akan mubazir kalau hanya satu-dua orang yang mengenakan masker, sedangkan masih ada yang tidak mengenakan, maka kemungkinan penyebaran masih bisa terjadi,” imbuhnya.
Informasi umum yang sudah sering didengungkan terkait pencegahan penyebaran Covid19 yakni rajin cuci tangan, mengenakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, serta menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh . Satu metode mudah yang gampang dilaksanakan, dan Cuma memerlukan kedisiplinan.
“Hanya dengan rajin cuci tangan memakai sabun pun sebenarnya virus ini sudah bisa mati, mengenakan masker, menjaga jarak, itu semua cara yang mudah, menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, itu pun tidak mengeluarkan biaya besar. Kita hanya perlu kesadaran untuk disiplin terus melaksanakan hal tersebut. Jika terjangkit pun sebenarnya tidak terlalu berbahaya, namun karena tingkat penyebarannya yang tergolong sangat cepat, inilah yang perlu diwaspadai. Sedikit kita lengah dan lalai, maka semua bisa terpapar,” jelasnya.
Masa isolasi selama 14 hari pun diharapkan membawa hikmah positif tersendiri bagi warga Desa Abuan, dan pelajaran bagi seluruh masyarakat Bali agar semakin mengerti, paham dan waspada terhadap bahaya penyebaran Covid19.
Bupati Bangli Made Gianyar pun mengapresiasi langkah karantina wilayah yang diambil terhadap Desa Abuan guna memutus penyebaran Covid19. Setelah diberlakukan perubahan status seusai masa isolasi selama 14 hari, Ia pun menghimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan dan kedisiplinan dalam menerapkan protokol pencegahan.
“Setelah status isolasi dicabut, kedisiplinan warga harus terus ditingkatkan, kalau bisa di Bangli jangan lagi ada yang positif, begitu juga di Bali. Kalau kita sudah melaksanakan protokol pencegahan dengan ketat, semisal selalu melaksanakan phisycal distancing, saya yakin tidak ada lagi penularan, pembatasan-pembatasan seperti ini pun tidak perlu dilaksanakan,” ujarnya.(axelle dae).


