DENPASAR, The East Indonesia – Perhimpunan Jurnalis (PENA) NTT menyalurkan paket sembako bagi anak-anak asal Flores Timur yang gagal berangkat keluar negeri, Jumat (22/8). Belasan anak-anak asal Kabupaten Flores Timur tersebut gagal berangkat keluar negeri setelah sebelumnya direkrut oleh Lembaga Pendidikan dan Ketrampilan (LPK) Dharma yang bekerja sama dengan STIKOM Bali dan Pemerintah Kabupaten Flores Timur.
Anak-anak yang umumnya baru tamat SMA tersebut direkrut untuk program magang ke Jepang, kemudian ke Taiwan dan beberapa negara lainnya. Namun hasilnya ada bisa berangkat dan sisanya lainnya terkatung-katung di Bali. Dari yang terkatung-katung di Bali itu ada yang sudah pulang ke kampung halaman tanpa ada hasil.
Penyerahan paket sembako dilakukan langsung oleh wartawan senior yang sekaligus anggota Dewan Penasihat PENA NTT Agustinus Apollo Daton. Turut hadir dalam penyerahan tersebut yakni Koordinator Divisi Sosial PENA NTT Cristovao Vinhas, anggota Divisi Hukum Hukum dan Advikasi PENA NTT Yulius Benyamin Seran, Wakil Sekretaris PENA NTT Erik Seran.
Menurut Agustinus Apollo Daton, paket sembako tersebut merupakan kontribusi dari tokoh masyarakat asal Sanur Nyoman Astawa.
“PENA NTT menyalurkan paket sembako dari seorang tokoh masyarakat asal Betngandang Sanur bernama Nyoman Astawa, yang memiliki empati yang besar terhadap anak-anak asal Flores Timur yang sudah dua tahun terkatung-katung di Bali karena tidak jadi diberangkatkan keluar negeri oleh LPK Dharma. Kami atas nama PENA NTT mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu anak-anak kami asal Flores Timur ini,” ujar tokoh muda asal Flores Timur ini.
Penyerahan dilakukan secara simbolis dengan pertimbangan untuk menghindari terjadinya penumpukan massa. Para peserta juga tetap mengedepankan protokol kesehatan seperti menjaga jarak, selalu mengenakan masker dan mencuci tangan.
Puluhan paket sembako tersebut selain diserahkan kepada para remaja asal Flores Timur, juga diserahkan kepada belasan warga NTT di antaranya para pekerja dan pelajar mahasiswa yang terdampak di Bali. ***
Editor – Axelle Dhae
