Selain didampingi Ketua BPPD NTT, Rocky Pekudjawang, saat membuka kembali Kampung Tradisional Wae Rebo, Gubernur Viktor juga didampingi sejumlah staf khusus Gubernur, para Kepala SKPD Provinsi NTT serta sejumlah tokoh masyarakat adat Wae Rebo dan insan pers.
Seperti diketahui, hampir enam bulan Kampung Tradisional dengan julukan negeri di atas awan ini ditutup akibat wabah Covid-19. Namun kehadiran Gubernur NTT, Victor Bungtilu Laiskodat dan Ketua BPPD NTT seakan memberi harapan baru bagi warga Wae Rebo dan juga wisatawan domestik maupun mancanegara, bahwa Wae Rebo kini boleh kembali dikunjungi.
“Mulai hari ini, Kampung Adat Wae Rebo kita buka kembali. Kita buka untuk umum, kita mulai menerima tamu baik domestik maupun mancanegara dengan tetap mamatuhi protokol kesehatan,” tegas Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat saat berkunjung ke Kampung Adat Wae Rebo, Minggu (6/9) untuk ketiga kalinya.
Sebelumnya Gubernur NTT, VBL bertatap muka dan berdialog dengan para tokoh adat dan tokoh masyarakat setempat. Dalam pertemuan itu tercapai kesepakatan untuk kembali membuka destinasi pariwisata Kampung Tradisional Wae Rebo. Disepakati pula untuk mengelola destinasi wisata premium ini secara lebih serius terutama membangun infrastruktur pendukung.
“Kita juga akan siapkan rest area untuk yang berkunjung, serta akses jalan yang baik sehingga kendaraan roda dua bisa masuk keluar terutama untuk kepentingan logistik dan juga untuk evakuasi,” kata VBL.
Kunjungan VBL kali ini adalah untuk ketiga kalinya ke Kampung Adat Wae Rebo di mana kali pertama sebelum menjabat sGubernur NTT dan dua kali setelah menjabat sebagai orang nomor satu di NTT.
Saat berdialog, Gubernur VBL meminta masukan soal kendala yang dialami selama pandemi Covid-19 supaya Pemprov NTT melakukan intervensi pemulihan ekonomi. Termasuk intervensi dalam kemandirian dalam memenuhi ketahanan pangan baik pertanian dan peternakan.
VBL menyoroti masalah pendidikan dan kesehatan di Kampung Tradisional Wae Rebo yang belum memadai. Fasilitas ini harus dibangun sehingga masyarakat di kampung Wae Rebo bisa menikmatinya.
“Saya tugaskan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan segera berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai untuk membangun sekolah dasar di sini. Jadi anak-anak kita jangan buang banyak waktu harus turun lagi ke bawah. Pustu yang ada kita tingkatkan statusnya jadi puskesmas,” jelas VBL.
Secara khusus VBL berpesan agar masyarakat lokal selalu menjaga keaslian dan keunikan Kampung Tradisional Wae Rebo sebagai salah satu kekayaan warisan budaya Kebanggaan masyarakat setempat.
“Kampung tradisional ini tidak boleh diubah, harus tetap natural begini, harus tetap dengan keunikannya, karena ini sudah aturan budaya dan warisan leluhur,” pinta VBL.
Senada dengan VBL, Ketua BPPD NTT, Rocky Pekudjawang mengatakan Kampung Tradisional Wae Rebo memang sudah mendunia. Wisatawan mau berkunjung ke Wae Rebo karena keunikannya dan keramahtamahan warganya. Ini perlu terus-menerus dijaga dan dipelihara. Pengalaman ‘hidup’ berintekaksi dengan penghuni dan menginap di Mbaru Niang menjadi pengalaman unik dan tak terlupakan bagi wisatawan.
“Tolong keunikan Kampung Tradisional ini dijaga dan saya bersama Pak Gubernur dan juga bersama stakeholder pariwisata yang lain akan berusaha mempromosikan ini sehingga after pandemi semakin banyak wisatawan yang berkunjung dan ‘hidup’ di Wae Rebo,” tegas Rocky yang juga jadi salah satu pucuk pinpinan di Panorama Destination ini.
Wae Rebo adalah sebuah kampung adat terpencil dan misterius di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Terletak di ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut. Di kampung ini hanya terdapat 7 rumah utama atau yang disebut sebagai Mbaru Niang.
Wae Rebo dinyatakan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO) sebagai Warisan Budaya Dunia pada Agustus 2012 menyisihkan 42 negara lain.
Untuk mencapai Wae Rebo, wisatawan harus menempuh perjalanan sekitar 6 km dari Desa Dintor ke Desa Denge dengan menggunakan sepeda motor atau mobil. Perjalanan dari Denge menuju Wae Rebo, kira-kira memakan waktu pendakian selama 3 jam dengan menyusuri daerah terpencil yang dikelilingi hutan lebat yang belum terjamah, menyeberangi sungai serta melintasi bibir jurang sebelum tiba di Kampung Tradisional nan elok Wae Rebo. ***
Editor – Christovao Vinhas