DENPASAR, The East Indonesia – Setelah sebelumnya beredar secara masif video pemukulan anggota DPD RI Dapil Bali Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna (AWK) oleh para demonstran, pagi ini, Kamis (29/10/2020), giliran para demonstran yang memviralkan video provokasi yang dilakukan oleh AWK di hadapan para peserta aksi.
Dalam video tersebut diketahui jika AWK sangat memprovokasi para demonstran dengan menggunakan pengeras suara sambil berlari kesana kemarin di depan pintu gerbang Kantor DPD Bali, Rabu (28/10/2020). Bahkan, saat melakukan provokasi, AWK pun berteriak-teriak sambil mengacungkan tangannya. “Kita sudah menang, mereka (para demonstran) tidak mau masuk, kita sudah menang Kamu mau masuk atau ngga, kalau ngga mau masuk saya tutup pintu gerbang,” teriak AWK.
Bukan hanya itu. AWK pun sempat berlari mendekati demonstran sambil menunjukkan jempol tangan terbalik sebagai simbol jika para demonstran pengecut karena tidak mau masuk ke dalam ruangan yang sudah disiapkan. Sementara saat itu para demonstran masih berada di luar pintu gerbang. Selain berjalan kesana kemari sambil berteriak melalui pengeras suara, AWK juga kelihatan memerintahkan stafnya dan masa pendukungnya untuk segera menutup pintu gerbang, sebab para peserta aksi tidak mau masuk ke dalam ruang sidang.
Pinisepuh Perguruan Sandi Murthi I Gusti Ngurah Harta mengatakan, publik dijejali dengan video pemukulan AWK, namun tidak melihat video lain yang menyebabkan terjadinya insiden tersebut. “Publik harus tahu kenapa sampai ada insiden tersebut. Dalam rekaman sangat kelihatan AWK sangat arogan dan terkesan meremehkan warga yang sedang menuntut penjelasan atas aksinya yang menghina simbol agama Hindu,” ujarnya.
Secara psikologi, orang yang sedang disakiti lalu diprovokasi dan dipanas-panasin maka bisa muncul kemarahan secara mendadak. Ia juga mengklarifikasi jika tidak ada sama sekali pemukulan itu. Yang ada adalah salah satu warga yang meraba kepala AWK yang menyebut dirinya titisan Raja Majapahit. “Jadi tidak ada pemukulan. Yang ada meraba kepala raja. Karena dia menyebut dirinya raja,” ujarnya.
Menurutnya, tidak ada unsur politik dalam aksi tersebut. Hal ini perlu diklarifikasi secara terang benderang, sebab AWK masih menjadi anggota aktif DPD RI Dapil Bali dan I Gusti Ngurah Harta juga maju menjadi anggota DPD RI Dapil Bali namun tidak masuk. “Perlu saya tegaskan, tidak ada niatan atau unsur politik. Sebab, kalau pun AWK di-PAW, toh bukan saya yang maju, sebab masih ada orang lain yang suaranya lebih banyak,” ujarnya. Dirinya hanya mengatur aksi secara baik dan jumlah massa harus dibatasi. Sebab, masih banyak yang turun ke lokasi untuk menyampaikan aspirasi. Bila tidak ditekan maka Bali akan tidak kondusif di tengah pandemi seperti ini.
Penulis : Axelle Dae|Editor : Christovao Vinhas

