ATAMBUA, The East Indonesia – Pada masa kepemimpinan Bupati Belu Willybrodus Lay dan Wakil Bupati Belu JT Ose Luan, Kabupaten Belu berada pada kondisi stunting urutan ke-6 dan gizi buruk urutan ke-11.
Data tersebut berdasarkan data dari Pokja stunting provinsi NTT tahun 2020 sehingga pemerintah berupaya keras untuk mengatasi masalah stunting dan gizi buruk di NTT termasuk di Kabupaten Belu.
Berdasarkan data tersebut dalam debat perdana calon Bupati dan Wakil Bupati Belu periode 2021-2024 di Aula Hotel Matahari Atambua, Jumat (30/10/2020), menjadi suatu pertanyaan yang harus dijawab oleh para pasangan calon baik Paket Sahabat maupun Paket Sehati.
“Apa komitmen dan program intervensi yang bapak lakukan dalam mengatasi stunting dan gizi buruk di kabupaten Belu apabila bapak terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati?” tanya Moderator Dr Ahmad Athang.
Pertanyaan ini pun lantas dijawab oleh Paket Sehati, dr Agustinus Taolin SpPD didampingi Aloysius Haleserens.
dr Agus Taolin menerangkan bahwa ada 5 pilar dalam penanggulangan stunting yaitu komitmen, kampanye, konvergensi, program serta akses pangan bergizi dan monitoring program.
“Yang kita konsen adalah seribu hari pertama kehidupan bukan kelahiran. Jadi komitmennya kita membuat regulasi yang baik,” pungkasnya.
dr Agus Taolin dan Alo Haleserens bertekad untuk berkomitmen agar bisa menjalankan program ini secara baik dengan tidak hanya memberikan susu bagi anak.
“Kita komitmen agar menjalankan program ini secara baik. Tidak hanya memberikan susu. Karena susu hanya 100 CC, hanya 4 gram protein,” tegas Agus Taolin.
Dijelaskan bahwa untuk mengatasi stunting, perlu pelibatan pemahaman orang tua terhadap stunting, memperhatikan gizi keluarga, pemberdayaan kader-kader hingga pelibatan tenaga medis di lingkungan sekitar
“Deteksi sedini mungkin bukan hanya sudah lahir. Itu Kita terlambat 80%. Sejak dari dalam kandungan kita sudah terlibat aktif disana. Bukan hanya ukur tinggi kandungan dan usia kehamilan dan berat badan saja,” ujarnya.
Karena itu Paket Sehati dr Agustinus Taolin SpPD dan Drs Aloysius Haleserens MM akan membuat regulasi kebijakan dengan melibatkan seluruh stakeholder terkait dan kebijakan anggaran yang cukup untuk mengatasi stunting.
“Point-nya adalah pencegahan. Stunting kalau sudah terjadi berarti sudah selesai, tidak akan berkembang lagi. Oleh karena itu pencegahan kita harus berjuang mati-matian untuk mencegah supaya anak jangan stunting. Ibu hamil kita perhatikan betul,” pinta dr Agus Taolin.
dr ahli penyakit dalam ini pun menyampaikan bahwa Stunting itu ada 2 yaitu Kekurangan gizi kronik dan Penyakit. Karenanya perlu diintervensi terhadap kedua hal tersebut.
“Kami yakin karena kami juga berprofesi sebagai dokter, kami akan berjuang ini. Presiden sudah menyatakan bahwa stunting harus turun ke 14%. Kita masih 30-an% lebih. Harus ada upaya yang lebih untuk itu. Tidak hanya sekedar memberikan makanan tambahan,” tutup Agus Taolin. (Ronny)

