DENPASAR, The East Indonesia – Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bali IKN Boy Jayawibawa mengeluhkan keberadaan orangtua yang tidak mau pulang usai mengantarkan anaknya ke sekolah. Saat dikonfirmasi Selasa (4/1/2022), Boy mengaku telah melakukan pemantauan terhadap PTM di Bali yang saat ini memasuki hari ketiga. Salah satu yang menjadi atensi adalah orangtua yang tidak mau pulang ke rumah masing-masing setelah mengantarkan anaknya.
“Banyak orang tua yang tidak mau pulang usai mengantarkan anak ke sekolah. Mereka malah memenuhi lingkungan sekolah. Ada yang masih duduk ngobrol dan sebagainya. Ini justeru menimbulkan kerumuman baru di sekolah. Ini menjadi atensi petugas kami saat memantau PTM di hari pertama kemarin,” ujarnya di Denpasar, Selasa (4/1/2022).
Menurutnya, orang tua memang selalu mengkuatirkan anaknya saat awal-awal PTM seperti ini karena sudah dua tahun tidak ada PTM. Namun kekuatiran yang berlebihan tersebut justeru membuat para orang tua tetap di sekolah dan duduk berkerumun di kompleks sekolah. Untuk itu, di hari kedua PTM, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Satgas Penanganan Covid19 Bali, Satgas Covid19 internal sekolah untuk melakukan pendekatan dengan para orang tua agar tidak berkerumun di lingkungan sekolah usai mengantarkan anaknya. “Saya sudah berkoordinasi dengan Satgas Penanganan Covid19 Bali dan Satgas Covid19 internal sekolah, agar ke depannya tidak terjadi lagi. Kepada para orang tua agar segera meninggalkan sekolah usai mengantarkan anaknya,” ujarnya.
Ia memastikan akan selalu monitoring dan evaluasi secara berkala PTM di Bali. Seluruh siswa setingkat SMA/SMK di Bali dipastikan mengikuti PTM secara penuh. Hanya saja, masih ada pengaturan waktu belajar yang normalnya 8 jam dipersingkat menjadi 6 jam pelajaran. Para guru juga diatur dalam dua shift. Namun bila jumlah rombel dalam satu kelas 36 atau 40 siswa, mereka semua mengikuti PTM, pembelajaran dilakukan secara penuh di sekolah, tidak ada daring lagi. Pemerintah tetap melakukan pemantauan secara ketat. Selama sepekan ke depan, pihaknya bersama satuan pendidikan akan melakukan evaluasi untuk melihat perkembangan yang ada.
PTM penuh dimungkinkan diterapkan di Bali dengan mengacu beberapa hal diantaranya, pencapaian vaksinasi yang melebihi target nasional. Ditambah, guru dan siswa juga telah mendapatkan dua kali suntikan vaksin covid-19. “Para siswa sudah semuanya mendapatkan vaksin kedua. Sehingga itu dimungkinkan untuk tatap muka penuh. Hanya waktunya masih 6 jam pelajaran dari normal 8 jam pembelajaran di sekolah,” ujarnya.
Di sisi lain, meski PTM penuh mulai berlangsung di Bali, secara nasional telah keluar Keputusan Presiden No 24 Tahun 2021 tentang penetapan status Faktual Pandemi Covid-19 di Indonesia.
Yang berarti, di tahun 2022 Indonesia masih berstatus pandemi Covid-19. Dengan penetapan status faktual pandemi Covid-19, setiap kegiatan perlu memperhatikan protokol kesehatan secara ketat, termasuk aktifitas di dunia pendidikan. “Kita juga mencermati isu yang berkembang terutama merebaknya varian Omicron, kita harus waspada dan selalu memantau perkembangan PTM penuh ini,” jelasnya.
Skenario yang dilakukan jika ada yang terkonfirmasi positif, pihaknya melakukan langkah dengan tracing menyeluruh, termasuk menutup sekolah untuk sementara waktu dan kembali ke pembelajaran daring. “Semua sekolah sekarang sudah memasang barcode aplikasi PeduliLindungi, itu berlaku untuk semuanya yang datang ke sekolah termasuk tamu,” jelas Boy.***
Editor – Axelle Dhae


