Friday, December 5, 2025

Top 5 This Week

Related Posts

Sikapi PMK, Wagub Bali Perintahkan Distan dan Dokter Hewan Lacak Jejak Penularan

DENPASAR, The East Indonesia – Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati meminta kepada kepada Dinas Pertanian baik provinsi maupun kabupaten kota bersama dokter hewan dan petugas lapangan lainnya agar lebih agresif melacak jejak penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang terjadi di Bali. Sebab menurutnya, sangat tidak masuk akal PMK pertama kali ditemukan di Gianyar tanpa melalui penularan dari tempat lain. Seharusnya PMK di bagian barat Bali karena merupakan jalur keluar masuk hewan baik dari maupun ke Jawa. “Saya meminta dinas terkait dan petugas lapangan lebih agresif lagi melacak asal usul PMK, karena pertama kali ditemukan malah di Gianyar. Apakah melalui hewan lain atau seperti apa. Pemprov Bali tidak bisa bekerja sendirian tanpa ada laporan dari bawah. Jadi saya minta agar lebih agresif lagi,” ujarnya di Denpasar, Senin (4/7/2022).

Menurut Cok Ace, saat ini di seluruh wilayah Gianyar sudah ditelusuri, terutama radius penemuan pertama PMK. Yang tertular langsung dimusnahkan. Gianyar dijamin sudah bersih. Kondisi yang sama juga dilakukan di beberapa titik penemuan PMK seperti di Buleleng dan Karangasem. Hewan yang positif sudah dimusnahkan dan sampai saat ini terus dilakukan penelusuran. Sapi-sapi dicek kesehatan, sampel diambil, diperiksa di laboratorium namun hasil laboratorium semua negatif. Sebagai antisipasi meluasnya PMK, penelusuran ke seluruh hewan dan kandang akan dilakukan secara agresif dan tidak menunggu sampai munculnya gejala secara kasat mata. Sebab Bali sampai saat ini belum punya vaksin PMK. “Vaksin PMK hanya diperuntukkan bagi daerah zona merah PMK. Bali sebelumnya memang zona hijau. Namun sekarang sudah tertular sehingga Bali akan meminta vaksin dari pusat dan sudah dikoordinasikan,” ujarnya.

Terkait dengan ganti rugi bagi peternak yang hewannya dimusnahkan, menurut Cok Ace, semuanya akan dilakukan koordinasi apakah bisa ganti rugi atau tidak. Ia mengaku sudah berkoordinasi dengan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan untuk segera dicarikan solusinya. Namun sebenarnya hewan yang dimusnahkan bisa dikonsumsi atau dijual daging yang masih bisa dikonsumsi. “Tentu saja ada tingkatannya. Ada yang bisa dikonsumsi atau dijual dagingnya. Tetapi ada yang sudah tidak layak dikonsumsi sehingha harus dibuang,” ujarnya.(ad)

Popular Articles