ATAMBUA, The East Indonesia – Pemerintah Daerah Kabupaten Belu terus berupaya menurunkan angka stunting di kalangan masyarakatnya.
Berbagai upaya secara rutin dilakukan oleh Pemkab Belu melalui instansi-instansi terkait.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, drg. Maria Ansilla F. Eka Mutty saat dikonfirmasi awak media The East Indonesia, Senin (08/08/2022).
“Pada bulan Agustus 2021, posisi angka stunting kita 17,9 persen. Sementara pada Februari 2022, kita sudah menurunkan di angka 16,2 persen dengan jumlah 2.920 anak yang stunting. Karena itu Pemkab Belu terus melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka tersebut,” pungkasnya.
Kadis Kesehatan Kabupaten Belu ini menjelaskan bahwa sejak bulan Februari 2022 lalu Pemkab Belu melalui OPD terkait sudah melakukan banyak hal untuk mengurangi angka stunting bagi masyarakatnya.
Pada bidang kesehatan sendiri, dokter Ansila Mutty menyampaikan bahwa pihaknya melaksanakan intervensi spesifik dimana intervensi itu langsung mengena ke penyebab langsung stunting.
“Kami bidang kesehatan memberikan anak-anak vitamin, tablet tambah darah buat ibu hamil, kemudian anak-anak yang sakit kita obati, melakukan pemeriksaan anak ke dokter spesialis anak, ibu hamil kita periksa ke dokter spesialis kandungan,” tuturnya.
Ditambahkan, “kita juga sedang buat jadwal penjaringan terhadap ibu hamil dengan resiko tinggi atau ibu yang mau dideteksi kehamilannya untuk diperiksa dengan menggunakan USG 2D agar jangan menghasilkan anak stunting.”
Pada instansi lain seperti Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Belu juga melalui Dana Desa telah melaksanakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang ditargetkan ke 69 Desa dan 12 Kelurahan.
Hanya saja sampai saat ini, dari jumlah diatas masih tersisa 3 Desa dan 12 kelurahan yang belum mendapatkan PMT.
“Saat ini baru untuk 66 desa. Masih kurang 3 desa dan 12 kelurahan. Upayanya kami sudah laporkan ke Pak Bupati nanti kita akan membuat semacam pembagian pola asuh untuk OPD-OPD sehingga bisa bertanggung jawab terhadap ini,” ujar Ansila Mutty.
Selain upaya-upaya diatas, Kadis Kesehatan Kabupaten Belu menerangkan bahwa Bupati Belu sendiri berinisiatif bekerjasama dengan pihak tertentu untuk bisa memberikan maupun menggalang dana bagi anak-anak stunting untuk keluar dari kondisi tersebut.
Selanjutnya Ansila Mutty juga menyebutkan bahwa saat ini kegiatan di bulan Agustus 2022 ada penimbangan balita yang akan menjadi indikator untuk menentukan angka stunting tahun 2022.
“Pada bulan Februari itu adalah penimbangan untuk mendapatkan angka supaya kita mendapatkan gambaran kondisi untuk dievaluasi. Sedangkan pada bulan Agustus ini angka ini yang akan digunakan untuk kita nanti publikasikan. Jadi presentase stunting itu nanti akan dinilai oleh Provinsi maupun pusat berdasarkan bulan penimbangan bulan Agustus,” ujarnya.
Kadis Kesehatan Belu menerangkan bulan Agustus ini dilakukan penimbangan dengan sasaran 18 ribuan balita pada 446 posyandu yang ada di Kabupaten Belu dengan menggunakan alat standar, antropometri.
“Akhir Agustus kita akan mendapatkan berapa yang stunting. Nanti akan dipublikasikan untuk dievaluasi seperti apa,” urainya.
Kadis Kesehatan Belu, Ansila Mutty juga menyatakan bahwa dalam RPJMD, Kabupaten Belu menargetkan untuk berada di angka 14%.
“Provinsi menargetkan harus turun sampai angka 10 persen. Bahkan bapak Gubernur mengharapkan agar NTT ini bisa turun ke angka 10% atau tersisa 1 digit saja,” tandasnya.
Diakhir, Kadis Kesehatan Belu ini mengharapkan kerja bersama dari semua pihak untuk bisa menurunkan angka stunting di Kabupaten Belu.
“Kita semua bekerja untuk supaya bagaimana stunting ini bisa turun. Kita tingkatkan berbagai upaya untuk angka ini bisa turun,” imbuh Dokter Ansila Mutty. ***
Penulis – Ronny