SINGARAJA, The East Indonesia – Penyaluran air dari sumber mata air yang ada di Desa Bestala dan Kekeran pada tahun ini dihentikan. Sebab debit air yang dihasilkan dari dua sumber mata air itu semakin mengecil, yakni hanya 1.5 liter per detik. Adanya alih fungsi lahan di wilayah penyangga mata air menjadi salah satu penyebab menurunya debit air.
Dirut Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng Made Lestariana ditemui Rabu (7/9) mengatakan, debit air yang dihasilkan dari sumber mata air Desa Bestala dan Kekeran beberapa tahun yang lalu sejatinya cukup tinggi, mencapai 14 liter per detik. Dua mata air itu mampu memenuhi kebutuhan pelanggan yang ada di enam desa yang ada di Kecamatan Seririt.
Namun belakangan debitnya setiap tahun mengalami penurunan menjadi 9.6 liter per detik, bahkan kini berada diangka 1.5 liter per detik. Pengurangan debit air ini dikatakan Lestariana terjadi karena alih fungsi lahanya yang ada di wilayah penyangga dari mata air tersebut.
Dengan berkurangnya debit air tersebut, Perumda Tirta Hita memutuskan untuk menutup penggunaan dua sumber mata air tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, pihaknya kini menggunakan air permukaan dari SPAM Burana yang mampu menghasilkan air sebanyak 300 liter per detik. Namun saat ini air yang dihasilkan dari SPAM Burana itu baru sebanyak 30 liter per detik, bahkan sudah mampu memenuhi kebutuhan pelanggan hingga di wilayah Kecamatan Busungbiu dan Gerokgak.
Lestariana menyebut, Buleleng saat ini memiliki 17 titik mata air, dengan total debit yang dihasilkan mencapai 385 liter per detik. Mengingat saat ini ada dua mata air yang mengalami penurunan debit air, Perumda Tirta Hita kini mengoptimalkan air dari sumur dalam sebanyak 47 titik, serta air permukaan yang ada di SPAM Burana. Bahkansaat ini pemerintah pusat juga telah membangun Bendungan Tamblang. Di bendungan tersebut, diperkirakan mampu menghasilkan air sebanyak 500 liter per detik. “Jadi keseluruhan debit air yang ada saat ini mencapai 826 liter per detik. Sementara total pelanggan mencapai 60 ribu,” jelasnya.
Dengan debit air yang dimiliki saat ini, Lestariana mengaku sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh pelanggan. Dimana untuk 10 liter per detik saja mampu memenuhi kebutuhan 1.000 pelanggan. “Jadi reallnya kebutuhan air kita hanya 600 liter per detik. Jadi cukup untuk saat ini. Tapi untuk menjawab tatangan kedepan, tentu akan kurang. Tapi syukur ada pasokan air baku dari SPAM Burana dan Bendungan Tamblang. Untuk menjaga mata air juga perlu kerjasama semua elemen, masyarakat dan pemerintah melalui upaya menjaga kelestarian lingkungan, menjaga pohon yang ada untuk berfungsi menangkap air,” tandasnya.
Penulis|Wismaya