
ATAMBUA, The East Indonesia – Bupati Belu dokter Agustinus Taolin, SpPD-KGEH., FINASIM tampil sebagai pembicara di Seminar The 7th Asia Pasific Summit Of Mayors, di Prime Plaza Hotel Sanur Bali, Kamis (1/12/2022).
Dokter Spesialis Ahli Penyakit Dalam ini, memaparkan kondisi wilayah Perbatasan RI-RDTL, Kabupaten Belu, dengan berbicara menggunakan “Bahasa Inggris” dihadapan para Walikota/Bupati, Legislator, dan Pegiat Pro-Kesehatan Publik dari 12 Negara di Asia Pasifik.
Kehadiran Bupati Belu ke Bali adalah dalam rangka Penguatan Sistem Kesehatan Pasca Covid-19, Asia Pacific Cities Alliance For Health and Development (APCAT) Bersama Asosiasi Dinkes Seluruh Indonesia dalam pertemuan 7 Tahun Asia Pacific Summit of Mayor In Bali.
Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 1-3 Desember 2022 di Prime Plaza Hotel Sanur Bali tersebut, tidak hanya mengumpulkan para Walikota/Bupati, legislator, dan pegiat pro-kesehatan publik dari 12 negara di Asia Pasifik, melainkan juga perwakilan Komunitas Muda Peduli Bahaya Rokok di Indonesia.
Bupati Belu, dokter Agus Taolin pada kesempatan kegiatan mengucapkan terima kasih kepada The 7th Asia Pasific Summit Of Mayors yang telah mengundang Pemerintah Kabupaten Belu.
“Saya berbicara sebagai seorang Kepala Daerah yang berada di wilayah Perbatasan Indonesia-Timor Leste dan juga sebagai Dokter Ahli Penyakit Dalam,” ungkapnya.
Dijelaskan bahwa pada zaman seperti sekarang ini, merokok telah menjadi kebiasaan yang sulit untuk dihindari bagi seluruh masyarakat dari berbagai kalangan.
“Terkait bahaya merokok, saya berpikir ini suatu masalah yang mendunia. Saya sependapat dengan Bima Arya, teman saya Walikota Bogor yang membagikan pengalamannya dalam upaya pengendalian tembakau. Menurutnya, masalah pengendalian merokok di Indonesia, terletak pada political will, regulation, implementation, strong database dan collaboration and network,” sebut Bupati Belu mengutip ungkapan Bima Arya.
Bahkan, kini para remaja pun juga telah terjerumus untuk mengikuti kebiasaan merokok lantaran pengaruh dari teman, keluarga maupun faktor lingkungan.
“Saya rasa ini sulit untuk menghentikan rokok diwilayah perbatasan RI-RDTL, tetapi kita harus waspada terhadap bahaya asap rokok,” ujar Bupati Belu, Agus Taolin.
Padahal, kebiasaan ini justru akan sangat membahayakan bagi kesehatan tubuh dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, sangat penting bagi diri sendiri untuk mencegah ataupun menghindari kebiasaan buruk yang satu ini.
“Kami memiliki Program Kesehatan diwilayah Perbatasan RI-RDTL. Kami terus berupaya melakukan pencegahan untuk melindungi anak Indonesia di perbatasan dari bahaya rokok, terutama para pelajar,” tandasnya.
Disetiap kesempatan, Bupati Belu menuturkan, pihaknya terus mengajak anak-anak muda untuk menghentikan kebiasaan itu, dengan melakukan kegiatan positif yang menyehatkan tubuh.
“Kebiasaan merokok ini merupakan masalah serius yang harus ditangani bersama dengan seluruh stakeholder. Pemerintah tetap berkomitmen melalui regulasi dan aturan untuk melakukan tindakan pencegahan maupun penegakan hukum,” pungkasnya.
Informasi yang dihimpun, Bupati Belu, dokter Agustinus Taolin juga berkesempatan berdiskusi langsung dengan Bima Arya, Walikota Bogor, Indonesia, dan Han Kosal, Deputi Gubernur Kampong Cham, Kamboja. Keduanya tidak hanya dianggap sukses menerapkan kebijakan pengendalian tembakau yang ketat di daerah masing-masing, melainkan turut sukses melibatkan generasi muda dalam proses perubahan tersebut. ***Ronny
