Jelang Porprov Bali 2025, Ratusan Atlet Buleleng Jalani Tes Fisik

244
KONI Buleleng menggelar tes fisik bagi 800 atlet yang dipersiapkan untuk memperkuat kontingen Buleleng di ajang Porprov Bali ke XVI. Foto : Dok - Wismaya

SINGARAJA, The East Indonesia – Menjelang perhelatan Porprov Bali 2025 mendatang, KONI Kabupaten Buleleng terus memantapkan kesiapan atlet yang akan berlaga. Selasa (8/4) KONI Buleleng menggelar tes fisik bagi 800 atlet yang dipersiapkan untuk memperkuat kontingen Buleleng di ajang Porprov Bali ke XVI. Tes fisik akan dilakukan selama dua hari dan menjadi bagian dalam tahapan seleksi atlet.

Ketua Umum KONI Buleleng, Ketut Wiratmaja menjelaskan bahwa pelaksanaan tes ini bertujuan untuk menyaring atlet-atlet potensial dari 48 cabang olahraga yang akan ditetapkan sebagai tim definitif pada 1 Mei 2025.

“Tes fisik ini sebagai dasar untuk menentukan siapa yang layak memperkuat kontingen. Pelaksanaannya sudah berjalan lancar sesuai dengan daftar yang telah dikirim oleh masing-masing cabor,” kata Wiratmaja.

Wiratmaja mengungkapkan, setelah tes fisik, tes psikologi akan dilaksanakan pada 11 April 2025. Dilanjutkan ke tahap pengumpulan dari masing-masing pengurus cabang olahraga (Pengcab Cabor) untuk mendiskusikan jumlah atlet per cabang olahraga yang dibutuhkan, dengan target utama adalah perolehan medali emas.

“Kita tidak mencari medali sebanyak-banyaknya, tapi emas sebanyak-banyaknya. Emas satu bisa mengalahkan ribuan perak maupun perunggu,” imbuhnya.

Wiratmaja menegaskan, tim yang diberangkatkan memperkuat Kontingen Buleleng harus benar-benar terdiri dari atlet-atlet yang siap meraih medali emas, demi menghindari segala bentuk unsur subjektivitas dalam pembentukan tim.

Sementara itu, Wakil Ketua II KONI Buleleng, Dr. dr. Made Budiawan, menambahkan bahwa tes fisik dan psikologi dilakukan untuk memahami profil atlet secara menyeluruh, baik dari aspek biomotorik maupun mental.

“Komponen fisik yang diuji mencakup kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelenturan, dan lainnya. Untuk tes psikologi, kami fokus pada intelligence quotient dan coping stress mechanism, yang nantinya akan menjadi pertimbangan dalam membentuk strategi tim, terutama untuk cabang beregu,” kata Budiawan.

Ia juga menekankan bahwa tes hanya dilakukan satu kali, sehingga para atlet diminta memberikan performa terbaik mereka.

Kesempatan ini adalah do or die. Tidak ada tes ulang. Kalau gagal sekarang, maka selesai. Maka dari itu, data yang kami kumpulkan sangat krusial dan menjadi dasar pengambilan keputusan,” pungkasnya.(Wismaya)