Pengembangan Bunga Gumitir oleh Wayan Koster Diakui para Ilmuwan Dunia

365
FOTO : Dok - The East Indonesia.

DENPASAR, The East Indonesia – Bunga Gemitir atau Bunga Marigold dalam adat dan budaya Bali merupakan salah satu sarana upacara adat dan agama. Gemitir di Bali sangatlah penting karena biasa digunakan dalam upacara. Itulah sebabnya, Bunga Gemitir dibudidayakan secara umum di Bali dan menjadi tanaman wajib tiap keluarga di Bali. Gubernur Bali Wayan Koster ternyata sudah bekerja sama dengan para ahli bio molekuler IPB Bogor untuk mengembangkan produk Gemitir di Bali.

Hingga saat ini belum banyak masyarakat Bali yang mengetahui jika gubernur asal Buleleng itu sudah bekerja untuk Bali untuk mengembangkan produk Gemitir. Namun, nama Gubernur Bali Wayan Koster menjadi perbincangan pada forum dunia International Conference on Latest Molecular Technology in Agriculture (ICLMTA 2025) 22–23 September 2025 di Holiday Inn Resort Baruna, Kuta, Bali.

Meskipun Koster tak ada dilokasi, tampak beberapa ilmuwan dan peneliti mengapresiasi upaya visioner Gubernur Bali dua periode ini. Forum ini menghadirkan 170 peserta yang terdiri dari akademisi, peneliti, mahasiswa, praktisi industri, serta pembuat kebijakan dari sembilan negara.  Mereka membahas berbagai fokus riset mutakhir, mulai dari gene editing, CRISPR, dan bioteknologi mikroba, hingga metagenomik, bioinformatika, serta teknologi molekuler untuk pengendalian hama, peningkatan produktivitas ternak, dan kesehatan tanah.

Ahli biomolekuler IPB Bogor Prof. Dr. Ir. Antonius Suwanto, M.Sc yang tak lain merupakan penyelenggara forum dunia ini kepada awak media, menyebut upaya visioner Gubernur Koster mengembangkan bunga marigold (gumitir) di Bali. Tujuan Koster dinilai mulia karena menghentikan impor bibit marigold dari luar masuk ke Bali.

“Pak Koster sebagai Gubernur Bali menggandeng IPB, kembangkan bagaimana agar marigold ini bisa diproduksi sendiri di Bali.  Selama ini benihnya di import dari Thailand,” katanya.

Hasilnya sudah terlihat sekarang. Upaya Gubernur Koster dan IPB berhasil. Bahkan bunga marigold yang dihasilkan tak hanya berwarna kuning, melainkan banyak varian warnanya.

“Sekarang sudah berhasil. Bahkan, marigold ini kan warna kuning tapi sekarang kita buat warna merah dan putih. Dua tahun lalu (2023) sudah kita launching di Bali, marigold merah  dan putih saat 17 Agustus,” katanya Antonius Suwanto.

Pujian terdengar untuk upaya visioner Koster. Karena apa yang dilakukan ini untuk menghentikan impor bibit bunga gumitir. Tak hanya itu, Koster memberdayakan petani yang hasilnya untuk kesejahteraan para petani.

“Itu merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan, selama ini kita impor dari Thailand,  ternyata dengan teknologi yang ada kita bisa menghasilkan sendiri,” tegas  Prof Antonius Suwanto.

Bali juga dinilai Prof Antonius sebagai contoh. Dan diharapkan varietas ini bisa disebar kepada petani untuk dibudidaya kedepan. “Ya kita bersama Pak Gubernur Bali Wayan Koster akan banyak kerja sama,” ujarnya.

Koster memang pemimpin visioner. Dengan visi Nangun sat kerthi loka Bali ia ingin Bali berkelanjutan dengan melestarikan alam, budaya, tradisi, manusia dan kearifan lokalnya.  Satu diantara banyak upayanya yakni Koster menggandeng profesor dan akademisi pertanian Universitas Udayana (UNUD) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penelitian mengembangkan benih, bibit, dan stek bunga marigold. Kini berhasil mewujudkan bunga gumitir Bali Sudamala dengan varian warna merah, putih, emas, kuning dan orange.

Sementara itu, untuk diketahui, forum internasional ICLMTA 2025 digagas oleh IPB University melalui Pusat Bioteknologi di bawah Lembaga Riset Internasional Teknologi Maju (LRI-TM). Pembicara utama meliputi ilmuwan terkemuka dunia. Seperti  Prof. Steve Lindow (UC Berkeley, USA), pelopor tanaman tahan penyakit berbasis rekayasa molekuler. Prof. Antonius Suwanto (IPB University, Indonesia) – pakar genomik mikroba dan biokontrol berkelanjutan.

Prof. Stefano Mazzoleni (Univ. Naples, Italia) – penggagas Self-DNA principle untuk pengendalian patogen. Prof. Goo Jang (Seoul National University, Korea) – pakar genome editing ternak. Prof. Takeshi Omasa (Osaka University, Jepang) – spesialis rekayasa sel CHO. Assoc. Prof. Yue Genhua (National University of Singapore), ahli CRISPR untuk peningkatan produktivitas ternak.(Arnold)