BADUNG, The East Indonesia — Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra, menghadiri pembukaan Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang berlangsung di Four Points, Jimbaran, Jumat (5/12) petang. Acara tahunan yang mempertemukan para cendekiawan nasional ini dihadiri jajaran tokoh penting, termasuk Ketua ICMI yang juga Kepala BRIN RI, Prof. Arief Satria.
Turut hadir pula jajaran Dewan Penasehat dan Dewan Pakar ICMI, seperti Prof. Jimly Asshiddiqie, Prof. Fadel Muhammad, Prof. Din Syamsuddin, serta Prof. Ilham Habibie. Kehadiran para tokoh tersebut menjadikan Silaknas tahun ini sarat bobot ilmiah dan refleksi strategis terhadap tantangan bangsa.
Dalam sambutannya, Sekda Dewa Indra yang hadir mewakili Gubernur Bali, Wayan Koster, menyampaikan apresiasi atas terpilihnya Bali sebagai tuan rumah kegiatan bergengsi ini. Ia menegaskan bahwa Pulau Dewata senantiasa membuka diri sebagai ruang dialog, harmoni, dan kontemplasi bagi siapa pun yang datang dengan niat baik.
“Semoga ICMI terus memberikan kontribusi bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara. Bali merasa terhormat menjadi tuan rumah Silaknas ini. Bali adalah ruang dialog, harmoni, dan kontemplasi—sangat tepat untuk pertemuan ilmiah berskala nasional,” ujarnya.
Ia berharap rangkaian diskusi yang diisi oleh para narasumber terkemuka dapat memberikan makna lebih bagi peserta Silaknas. Sekda juga mengundang seluruh tamu untuk menikmati berbagai destinasi wisata di Bali, seraya menegaskan dukungan penuh Pemerintah Provinsi Bali terhadap penyelenggaraan kegiatan nasional ini.
Ketua ICMI, Prof. Arief Satria, dalam sambutannya menekankan kembali posisi ICMI sebagai organisasi cendekiawan yang berperan penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia.
“Harapannya, ICMI terus membawa manfaat bagi nusa dan bangsa. Silaknas adalah agenda rutin setiap Desember untuk memperkuat peran organisasi dalam menjawab perubahan zaman,” katanya.
Prof. Arief menegaskan bahwa ICMI akan terus berdiri di atas tiga prinsip pokok: keislaman, kenegaraan, dan kecendekiawanan. Prinsip-prinsip inilah yang diharapkan menjadi pijakan dalam merespons dinamika sosial, teknologi, dan pendidikan.
Ia menyoroti pentingnya penguatan SDM, peningkatan literasi masyarakat, hingga transformasi pendidikan di tengah perubahan yang sangat cepat. Pendidikan anak usia dini dinilai sebagai fondasi krusial, terutama dalam pembentukan karakter, life skill, dan soft skill generasi mendatang.
“Perubahan pesat yang kita hadapi menuntut ICMI untuk terlibat aktif dalam pembelajaran berbagai fenomena baru, termasuk inovasi dan pengembangan kecerdasan buatan (AI). Inovasi kini merupakan keniscayaan yang harus dikembangkan semua pihak,” tegasnya.
Silaknas ICMI tahun ini menjadi ruang strategis untuk berdiskusi, merumuskan gagasan, dan memperkuat peran cendekiawan dalam meningkatkan kualitas SDM serta ketahanan intelektual bangsa. Dengan hadirnya tokoh-tokoh nasional dan atmosfer Bali yang kondusif, kegiatan ini diharapkan melahirkan rekomendasi penting bagi masa depan Indonesia.(*)

