BANDUNG, The East Indonesia – Dalam kunjungan kerjanya ke Jawa Barat, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat, hadir untuk menutup Pelatihan Pembelajaran Mendalam bagi Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Dasar yang diselenggarakan Balai Besar Guru dan Tenaga Kependidikan (BBGTK) Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan Persatuan Islam (Persis) pada 5–6 Desember 2025 di Bandung, Jawa Barat.
Dalam sambutannya, Wamendikdasmen Atip Latipulhayat menegaskan bahwa pembelajaran mendalam (deep learning) menjadi salah satu prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) sebagai jawaban atas berbagai tantangan proses belajar-mengajar di sekolah dasar dan menengah. “Pembelajaran mendalam bukan kurikulum baru, melainkan pendekatan yang menuntut guru menguasai substansi secara komprehensif. Prioritas utamanya adalah what to teach sebelum how to teach,” ujar Atip di Bandung.
Ia menjelaskan bahwa banyak persoalan pembelajaran saat ini bersumber dari kurangnya kemampuan siswa mengontekstualisasi materi, termasuk dalam matematika dan bahasa. Berdasarkan hasil asesmen terbaru, banyak siswa memahami konsep dasar matematika tetapi belum mampu menerapkannya pada situasi faktual. Hal serupa terjadi pada kemampuan membaca dan memahami wacana, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Wamen Atip juga menggarisbawahi tiga pilar utama dalam pembelajaran mendalam, yaitu meaningful learning, kemampuan mengontekstualisasikan ilmu dalam kehidupan sehari-hari, mindful learning serta joyful learning agar proses belajar berlangsung menyenangkan bagi guru dan peserta didik. “Belajar tidak boleh berlangsung dalam tekanan. Guru juga harus terbebas dari beban administratif yang tidak perlu agar dapat fokus mengajar,” tambahnya.
Lebih lanjut, Wamendikdasmen menekankan pentingnya peningkatan kompetensi dan kualifikasi guru secara berkelanjutan. Pemerintah Indonesia, kata Wamen Atip, terus memperluas dukungan bagi guru, termasuk fasilitas pembelajaran, beasiswa peningkatan kualifikasi, hingga tunjangan bagi guru non-PNS. “Atensi pemerintah sangat besar untuk memperbaiki kualitas pendidikan, mulai dari peningkatan fasilitas hingga dukungan untuk guru. Kompetensi guru harus terus diperkuat, terutama penguasaan konten sebagai fondasi pembelajaran mendalam,” ujarnya.
Wamendikdasmen Atip juga mengapresiasi BBGTK Provinsi Jawa Barat dan seluruh fasilitator yang telah menyelenggarakan pelatihan ini. Ia berharap para guru dapat menerapkan pendekatan pembelajaran mendalam di kelas sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa.
“Saya sendiri sebelumnya adalah guru madrasah, dan saya percaya guru yang baik adalah guru yang mampu menyederhanakan hal yang rumit tanpa mengurangi substansi. Semoga pelatihan ini menjadi bekal berharga bagi Bapak-Ibu semua,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala BBGTK Jawa Barat, Sugito Adiwarsito, menyampaikan apresiasi atas kehadiran Wamendikdasmen dalam kegiatan tersebut. Ia melaporkan bahwa pelatihan diikuti 236 peserta, terdiri atas 172 guru PAUD dan 64 guru SD, yang mendapat pendampingan dari para widyaiswara BBGTK Jawa Barat dengan spesialisasi masing-masing. Peserta kepala sekolah berjumlah 106 orang, terdiri atas 61 kepala PAUD, 26 kepala SD, 13 kepala SMP, 4 kepala SMA, dan 2 kepala SMK yang berasal dari lembaga pendidikan di bawah naungan Persatuan Islam.
Menurut Sugito, pelatihan dirancang untuk memberikan pemahaman menyeluruh mengenai konsep pembelajaran mendalam, mulai dari pemahaman teoretis, diskusi antarpeserta, hingga simulasi pembelajaran dan praktik asesmen.
“Seluruh peserta dinyatakan lulus dengan ketentuan yang berlaku, dan sertifikat sudah kami siapkan,” ujarnya. Sugito menambahkan bahwa para peserta juga dibekali growth mindset serta penguatan pedagogical content knowledge agar mampu menerapkan pendekatan pembelajaran mendalam sesuai karakteristik mata pelajaran masing-masing.
Guru SDIT Persis Tarogong Garut, Alpiyani, menyatakan bahwa pelatihan ini memberikan pengalaman dan pengetahuan baru yang sangat berharga bagi para pendidik di lingkungan Persatuan Islam.
“Alhamdulillah, kami mendapat kesempatan mengikuti kegiatan yang memberikan bekal ilmu, praktik terbaik, serta solusi atas berbagai tantangan pembelajaran yang kami hadapi di sekolah. Ini merupakan rezeki dan amanah besar bagi kami para tenaga pendidik,” ujarnya.
Alpiyani menambahkan bahwa hubungan antarpeserta yang terbangun selama pelatihan memunculkan semangat baru untuk menerapkan pendekatan pembelajaran mendalam. “Perubahan yang baik dimulai dari diri sendiri. Kami menjadikan pelatihan ini sebagai titik awal untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih relevan dan bermakna bagi generasi mendatang,” katanya.
Senada dengan hal itu, Kepala SMA Plus Mualimin Bandung Barat, Arif Rahman Hakim, mewakili para peserta kepala sekolah, menyampaikan apresiasi atas kesempatan mengikuti pelatihan selama lima hari tersebut.
“Kami merasa benar-benar mendapatkan banyak manfaat dari rangkaian materi, mulai dari penguatan growth mindset, kepemimpinan, hingga kolaborasi lintas jenjang sekolah. Banyak pengalaman dan program yang bisa kami adopsi dan terapkan di sekolah masing-masing,” ungkapnya.
Arif menuturkan bahwa pelatihan ini membuat para kepala sekolah semakin memahami besarnya amanah yang mereka emban dalam memimpin satuan pendidikan. “Semoga apa yang kami pelajari bisa diimplementasikan dengan baik. Terima kasih kepada Bapak Wamendikdasmen dan seluruh penyelenggara. Mudah-mudahan kita semua diberi kesehatan dan kekuatan untuk terus memperbaiki mutu pendidikan di sekolah kita,” ujarnya.(*)

