Menpar Arief Yahya akan Tingkatkan Kunjungan Wisman dengan Nomadic Tourism

417

BADUNG – Menpar Arief Yahya membuka sekaligus menjadi keynote speech pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I 2018, bertema ‘Digital Destination & Nomadic Tourism’, bertempat di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kamis malam ( 22/3).

Salah satu topik pembahasan Menpar adalah nomadic tourism yang diharapkan menjadi salah satu kunci dalam menggaet wisatawan mancanegara, dimana tahun ini mentargetkan 17 juta wisman dan akan meningkat menjadi 20 juta wisman pada 2019.

“Nomadic tourism untuk sementara akan difokuskan pada 10 destinasi prioritas atau ‘Bali Baru’, dengan memanfaatkan empat destinasi sebagai pilot project yakni Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan Borobudur,” kata Menpar Arief Yahya.

Nomadic Tourism, menurut Arief Yahya, memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena treatmet-nya juga relatif mudah sehingga idealnya para pelaku industri pariwisata mau mengembangkan bisnis ini, terutama untuk aksesibilitas dan amenitasnya karena konsep ini cepat memberikan keuntungan komersial.

Pembahasan tentang nomadic tourism di Rakornas difokuskan pada nomadic aksesibilitas dan nomadic amenitas berikut atraksinya yang dapat mendorong para pelaku industri pariwisata mau mengembangkan bisnis ini, terutama untuk amenitas dan aksesibilitasnya.

Menurut Menpar, nomadic tourism sebagai solusi dalam mengatasi keterbasan unsur 3 A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) khususnya untuk sarana amenitas atau akomodasi yang sifatnya bisa dipindah-pindah dan bentuknya bermacam-macam glamp camp, home pod, dan caravan, sedangkan sebagai aksesibilitasnya adalah sea plane dengan mudah membawa wisatawan dari pulau ke pulau, di Indonesia jumlah pulau mencapai 17 ribu lebih.   

Seperti diketahui di era zaman now jumlah backpacker di seluruh dunia mencapai 39,7 juta orang yang  terbagi dalam 3 kelompok besar. Flashpacker atau digital nomad memiliki potensi sekitar 5 juta orang yang  menetap sementara di suatu destinasi sembari bekerja, Glampacker atau milenial nomad  mencapai 27 juta orang dengan mengembara di berbagai destinasi dunia yang instagramable, dan Luxpacker atau Luxurious nomad sebanyak 7,7 juta orang lebih suka mengembara untuk melupakan hiruk-pikuk aktivitas dunia.