
ATAMBUA , The East Indonesia – Komitmen Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Atambua dalam mendukung program ketahanan pangan nasional dan pemberdayaan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) terus berlanjut.
Pada Jumat, 26 September 2025, Lapas Atambua mengerahkan 20 WBP asimilasi yang fokus pada sektor pertanian untuk menanam bibit kol dan brokoli di lahan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) seluas 2 hektar.
Aksi penanaman ini merupakan implementasi nyata dari fungsi pembinaan kemandirian yang bertujuan membekali WBP dengan keahlian praktis.
Pemanfaatan lahan yang luas ini juga menjadi upaya Lapas untuk berpartisipasi aktif dalam mewujudkan swasembada pangan.
Sementara itu, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Atambua juga meluncurkan program pembinaan kemandirian yang mengutamakan hasil nyata di bidang peternakan.
Program ini bertekad mencetak Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang siap jadi juragan telur dengan hasil panen yang melimpah setelah mereka bebas.
Ambisi ini diwujudkan dengan masuknya 32 ekor ayam petelur siap produksi, Senin, 29 September 2025.
Pembinaan kemandirian ini digaspol dengan melibatkan enam orang WBP yang akan dibimbing secara langsung oleh enam Petugas yang tergabung dalam Kelompok Kerja (Pokja) Peternakan Ayam.
Rasio 1:1 ini memastikan transfer ilmu dan keterampilan dapat berjalan maksimal.
Kepala Lapas Kelas IIB Atambua, Bambang Hendra Setyawan, menegaskan bahwa kegiatan ini sejalan dengan arahan pimpinan tertinggi.
“Kegiatan penanaman kol & brokoli di lahan 2 hektar ini adalah wujud implementasi dari Program Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, khususnya pada poin pemberdayaan WBP untuk mendukung ketahanan pangan,” ujarnya.
Ditambahkan, “Lebih jauh, ini juga sejalan dengan program prioritas Presiden Setahun Berdampak yang menargetkan peningkatan signifikan dalam bidang ketahanan pangan. Kami memastikan WBP di sini mendapatkan keterampilan yang berdampak langsung, baik untuk Lapas maupun bekal mereka kembali ke masyarakat.”
KaLapas Atambua berharap, dalam beberapa bulan ke depan, Lapas Atambua dapat melakukan panen raya kol dan brokoli yang hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dapur Lapas, mengurangi beban anggaran, dan sebagian dijual ke masyarakat untuk meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Lapas.
Sementara terkait dengan ayam petelur, Kepala Lapas Atambua, Bambang Hendra Setyawan, menegaskan bahwa fokus utama adalah keterampilan yang dapat langsung menghasilkan keuntungan.
“Kami memasukkan ayam yang rata-rata sudah berusia 17 bulan, artinya mereka berada di masa puncak produksi. Ayam ini masih akan menghasilkan telur dengan baik selama 10 hingga 15 bulan ke depan. Ini adalah investasi ilmu yang sangat berharga,” ujar Bambang.
Lanjutnya, “Dengan rasio satu petugas untuk satu WBP, kami menciptakan Miniatur Bisnis yang melatih WBP di seluruh aspek. Mereka belajar manajemen pakan, sanitasi ketat, hingga pencatatan income harian. Target kami, WBP siap hasilkan dan menjadi pengusaha. Mereka pulang ke masyarakat bukan hanya sebagai peternak, tapi sebagai motor penggerak ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja.”
KaLapas Atambua, Bambang Hendra Setyawan juga membeberkan bahwa dengan program pembinaan ini, Lapas Atambua optimistis dapat memberikan kontribusi nyata dalam upaya ketahanan pangan dan mengembalikan WBP sebagai individu yang terampil dan produktif di tengah masyarakat, selaras dengan tujuan utama pemasyarakatan. (Ronny)