ATAMBUA, The East Indonesia – Dr. Viktor Bungtilu Laiskodat, SH, M.Si, terus menunjukkan komitmennya sebagai negarawan yang peduli terhadap kedaulatan bangsa melalui intensitas sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Kabupaten Belu, wilayah perbatasan langsung Negara Republik Indonesia dan Negara Republik Demokratik Timor Leste (RI-RDTL).
Langkah ini dinilai sangat strategis mengingat posisi Kabupaten Belu sebagai garda terdepan negara yang membutuhkan pemahaman kuat akan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika guna menangkal pengaruh negatif dari luar.
Kali ini, Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Dr. Viktor Bungtilu Laiskodat, SH, M.Si kembali melaksanakan sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan yang dipusatkan di Black Cafe, Kecamatan Atambua Barat, Kabupaten Belu, pada Sabtu, 27 Desember 2025.
Masyarakat pun terlihat antusias mengikuti kegiatan ini, yang juga diisi dengan dialog kebangsaan dan tanya jawab seputar implementasi nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari serta peran masyarakat perbatasan dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sosialisasi ini menghadirkan 2 narasumber yakni Dr. Sevrinus Mau, SE, MA dan Dr. Marialieta Lidwina Poh Iki Bere Mau, SE, M.Si serta dihadiri Benedictus Manek, SE selaku Tenaga Ahli (TA) Viktor Bungtilu Laiskodat; Camat Atambua Barat, Jemi Boy Kotta, Sekretaris DPD NasDem Belu, Vinsensius Loe bersama beberapa pengurus Nasdem Belu.
Kegiatan yang dipandu oleh moderator Yanuarius Pareira, S.Ip ini dihadiri oleh ratusan warga setempat, tokoh masyarakat, para pemuda dan pelajar.
Viktor Bungtilu Laiskodat melalui Tenaga Ahlinya, Benedictus Manek menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Kabupaten Belu yang telah meluangkan waktu untuk hadir.
Kehadiran ratusan warga, para tokoh masyarakat, pemuda, dan pelajar hari ini menjadi bukti nyata bahwa semangat kebangsaan dan cinta Tanah Air tetap hidup dan tumbuh kuat di wilayah Perbatasan Negara Indonesia dan Timor Leste yang merupakan garda terdepan dalam menjaga kedaulatan negara.
Pria yang akrab disapa Benny Manek ini menambahkan bahwa wilayah perbatasan seperti Kabupaten Belu memiliki makna yang sangat strategis bagi bangsa Indonesia.
Perbatasan bukanlah halaman belakang, melainkan beranda terdepan negara, tempat kita menunjukkan jati diri sebagai bangsa yang berdaulat, bersatu, dan bermartabat.
“Karena itu, pemahaman terhadap 4 Pilar Kebangsaan, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Bhinneka Tunggal Ika, menjadi sangat penting untuk terus ditanamkan dan diwariskan, terutama kepada generasi muda,” ujarnya.
Benny Manek mengatakan bahwa melalui kegiatan sosialisasi ini, Bapak Dr. Viktor Bungtilu Laiskodat ingin mengajak kita semua untuk tidak hanya memahami 4 Pilar Kebangsaan sebagai konsep, tetapi juga menghidupkannya dalam sikap dan tindakan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Nilai persatuan, toleransi, gotong royong, dan rasa cinta tanah air harus terus dijaga, terlebih di wilayah perbatasan yang menjadi wajah Indonesia di mata negara tetangga.
“Dengan kegiatan ini diharapkan dapat menjadi ruang dialog yang positif, tempat kita saling berbagi pandangan, memperkuat pemahaman kebangsaan, serta meneguhkan komitmen bersama untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semoga kegiatan ini membawa manfaat dan semakin memperkokoh rasa kebangsaan kita semua,” tandas Tenaga Ahli Viktor Bungtilu Laiskodat.
Sementara itu, Camat Atambua Barat, Jemi Boy Kotta, SE dalam sambutannya menyampaikan apresiasi dan dukungan Pemerintah atas kegiatan sosialisasi 4 pilar kebangsaan yang dilaksanakan.
Boy Kotta mengatakan kegiatan seperti ini perlu terus dilakukan di wilayah lain sebab dia menilai ada kemerosotan pengamalan 4 pilar tersebut dalam kehidupan sehari – hari.
Dia mencontohkan dalam hal sederhana yakni ada warga yang bahkan tak mengibarkan bendera merah putih jelang perayaan HUT RI. Juga, generasi kini bahkan tak menghafal 5 sila Pancasila.
Oleh karenanya atas nama Pemerintah ia menyampaikan terimakasih kepada Viktor Laiskodat yang terus memberikan perhatian kepada warga perbatasan dalam hal pembangunan kesadaran berbangsa dan bernegara.
Sementara itu dalam paparannya, Dr. Sevrinus Mau menjelaskan soal 4 pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.
Menjawab pertanyaan audiens soal masih maraknya kasus seperti Korupsi walau ada 4 pilar sebagai pedoman, Sevrinus mengatakan bahwa ada persoalan serius soal etika dan moral.
Ditempat yang sama Dr. Lidwina menguraikan penerapan 4 pilar dan persoalan yang terjadi di Belu.
Lidwina menyinggung soal angka masyarakat miskin di Belu yang mencapai 13, 86 persen sementara angka pertumbuhan ekonomi hanya 3,97 persen.
Kesejangan ini membuat masyarakat terus berharap bantuan langsung tunai dari Pemerintah.
Dirinya juga menyoroti kesenjangan peran perempuan dan laki – laki dalam peran kemasyarakatan di Belu.
Menurutnya ruang peran perempuan tak banyak diberikan sehingga yang dominan dalam kegiatan dan pengambilan keputusan adalah laki – laki. (Ronny)


