Pantai Favorit dan Taman Nasional Bali Barat Berada Dalam Ancaman PLTU Batubara

504

Bali – Dampak emisi dari pembangkit listrik Celukan Bawang, di Kabupaten Buleleng, sudah mencemari kawasan tersebut dan menyebabkan masalah kesehatan bagi masyarakat setempat.

Greenpeace Indonesia teIah meIaporkan kesaksian warga desa tentang meningkatnya masalah pernafasan di keluarga mereka.

Bukan hanya berdampak pada kesehatan mereka, para petani dan neIayan pun terpaksa kehilangan mata pencaharian karena hasil tangkapan dan panen berkurang.

Meskipun demikian, sekarang ada rencana untuk memperIuas pembangkit dan menambah kapasitasnya sebesar 2 x 330 MW.

Ini akan Iebih dari dua kali Iipat kapasitas pembangkit sebeIumnya dan memperburuk polusi yang dihasilkannya.

“Rencana perIuasan ini tidak boleh dibiarkan berlanjut,” kata Dewa Putu Adnyana, dari LBH Bali.

Lanjutnya, “Kami sekarang sedang mengajukan gugatan untuk menghentikan proyek, beIum ada konsultasi publik tentang rencana perIuasan, yang dipaksakan tanpa penilaian dampak lingkungan yang sesuai dengan hukum”.

Baca juga :  Ke Taman Ayu, Menpar Arief Yahya Cicipi Kopi Luwak

Sambungnya, Bali adaIah permata berharga bagi Indonesia, yang harus dihargai dan dilindungi, tidak dihancurkan dengan polusi. Begitu banyak mata pencaharian akan hilang ketika emisi dari PLTU ini tersebar di wiIayah tersebut.

Sementara itu Didit Haryo, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia mengatakan, memperluas PLTU CeIukan Bawang adaIah pengkhianatan bagi masyarakat Bali oIeh gubernur Bali dan perusahaan pengembangnya.

Bukan hanya pertanian lokal dan komunitas neIayan yang akan menderita jika perIuasan ini terus berlanjut tapi juga sektor pariwisata karena PLTU Celukan Bawang hanya berjarak 20 km dari Pantai Lovina, kawasan wisata popuIer yang terkenal karena pantai pasir hitam, terumbu karang, dan Iumba-Iumba.

Baca juga :  Re-Launching Grand Livio Hotel

Lumba-Iumba khususnya akan terpengaruh oIeh peningkatan lalu lintas kapal dan kebisingan dari mesin kapal. Peningkatan polusi akan mendorong wisatawan pergi dan mempengaruhi mata pencaharian semua orang yang bekerja di sektor ini.

PLTU juga menimbulkan risiko bagi Taman Nasional Bali Barat, rumah bagi satwa Iangka dan diIindungi termasuk macan tutul Jawa, trenggiling dan jalak Bali yang semuanya sangat terancam. Tidak dapat dipungkiri bahwa emisi dari PLTU akan mencemari daerah yang indah ini.

“Batubara bukan sumber Iistrik masa depan,” tutur Didit Haryo.

PLTU yang ada dikembangkan oIeh sekelompok perusahaan, termasuk China Huadian Engineering Co, Ltd (CHEC), MerryIine International Pte. Ltd (MIP) dan PT General Energy Indonesia (GEI), dengan perkiraan total investasi mencapai 700 juta USD, didukung oIeh China Development Bank.

Baca juga :  Nyepi Bali Diperpanjang, Gubernur Perintahkan Warga Tetap dalam Rumah Usai Nyepi

Di dalam negeri, Cina teIah menderita polusi udara yang mengerikan dari ketergantungannya pada batubara. Ketika Cina mengalami transisi energi dari batubara dan menunjukkan kepada dunia apa yang dapat diberikan energi terbarukan.

Perusahaan dan bank Cina juga harus bertujuan untuk mempercepat transisi energi dari luar negeri dengan berinvestasi lebih banyak ke energi terbarukan.

Laporan: Remigius Nahal

Facebook Comments

About Post Author