Jangan Sampai Salah Ya, Ini Bedanya Psikolog dan Psikiater

1174

Theeast.co.id — Banyak orang awam gak bisa membedakan antara psikolog dan psikiater. Gak jarang kamu sering dengar kedua profesi ini sering disebut, namun gak tahu mana yang dimaksud. Dilansir dari Kode Etik Psikologi oleh Himpsi (Himpunan Psikologi Indonesia), psikolog dan psikiater sama-sama menangani masalah kejiwaan. Terus, apa bedanya ya?

1. Latar belakang pendidikan psikolog adalah psikologi, sedangkan psikiater adalah kedokteran

Untuk menjadi psikolog, seorang perlu menempuh pendidikan sarjana psikologi selama kurang lebih empat tahun. Kemudian, setelah lulus perlu mengambil profesi psikolog untuk bisa membuka praktik.

Sementara, psikiater perlu menempuh pendidikan sarjana kedokteran untuk mendapatkan gelar dokter umum. Kemudian, mengambil pelatihan residensi selama empat tahun dengan pengkhususan di bidang psikiatri. Baru kemudian psikiater mendapatkan gelar spesialis kedokteran jiwa.

Baca juga :  Antisipasi Ancaman Varian Baru, Pemprov Bali Gelar Rakor Penguatan Penapisan Covid-19 di Gilimanuk

2. Psikiater boleh memberikan obat, sementara psikolog tidak

Psikolog dan psikiater sama-sama mendalami ilmu kejiwaan dan perkembangan manusia. Keduanya pun memiliki konsentrasi praktik yang sama, seperti penanganan, pencegahan, diagnosa, dan terapi.

Hanya saja, psikiater boleh memberikan terapi berupa obat-obatan atau farmakoterapi. Sementara, psikolog lebih fokus ke aspek sosialnya, seperti memberikan terapi psikologi atau psikoterapi.

3. Psikolog memiliki kompetensi untuk melakukan tes psikologi, sementara psikiater memiliki kompetensi untuk mendiagnosis gangguan mental dan pengobatannya

Profesi psikolog yang paling dekat dengan psikiater adalah psikolog klinis. Kompetensi dari psikolog klinis adalah menangani kasus kejiwaan, mendiagnosis gejala psikologis, dan melakukan penanganan berupa psikoterapi. Nantinya, seorang pasien akan diberikan beragam tes psikologi untuk mengetahui masalah yang dialami pasien, misalnya dengan tes IQ, minat bakat, dan kepribadian.

Baca juga :  Persit KCK Cabang XXII Kodim Blitar Berikan Penyuluhan Kesehatan Kepada Anggota

Sementara psikiater memiliki kompetensi untuk mendiagnosis gangguan mental yang dialami pasien, kemudian menentukan pengobatannya. Psikiater bisa memberikan resep berupa obat-obatan, terapi stimulasi otak, pemeriksaan fisik, dan laboratorium.

4. Buat kamu yang ingin konsultasi tentang emosi, perilaku, dan pikiran bisa ke psikolog, sementara jika perlu pengobatan bisa ke psikiater

Jika kamu merasa memiliki permasalahan dengan kesehatan jiwamu bisa berkonsultasi ke psikolog atau psikiater kepercayaanmu. Meski begitu, kalau kamu gak tahu yakin harus pergi ke mana dulu, kamu bisa menentukan mana saja. Nantinya, kamu bisa direferensikan jika dirasa perlu lebih mendapatkan penanganan ke psikolog atau psikiater.

5. Meski begitu, psikolog dan psikiater bisa bekerja sama untuk menangani pasiennya

Baca juga :  Penderita TBC Kota Denpasar Terus Menurun

Pada kenyataannya, ada juga kasus pasien yang perlu berkonsultasi dengan kedua profesi ini. Hal tersebut tergantung pada kasus dan permasalahan yang dihadapi oleh pasien. Pasien ini perlu ditangani dari aspek mana dulu. Ada kemungkinan seorang pasien yang berkonsultasi ke psikolog akan direferensikan ke psikiater juga karena misalnya butuh terapi berupa obat.

Jangan pernah takut untuk meminta bantuan. Apa pun masalahmu, pasti kamu bisa menemukan jalan keluar asal mau berusaha. Gak cuma kamu, kamu pun perlu memerhatikan sekitarmu atau orang terdekat. Siapa tahu ada yang memerlukan pertolongan ahli. (*)

(Sumber: IDN Times)

Facebook Comments

About Post Author