Denpasar, Theeast.co.id — Ucapan Gubernur Bali Made Mangku Pastika soal tidak berfungsinya fakultas pertanian di seluruh Bali dan para doktor pertanian di Bali hingga saat ini masih menimbulkan kontroversial.
Pastika memang sudah menyatakan permintaan maaf secara terbuka kepada para doktor dan profesor pertanian di Bali.
Ucapan Pastika itu dilakukan saat seorang anggota DPRD Bali Nyoman Parta membawa beberapa pohon cabe yang kering dan busuk akibat busuk batang ke ruang sidang DPRD dan menyerahkan kepada Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Kepala Dinas Pertanian Bali.
Aksi itu membuat Pastika berang, dan melontarkan beberapa kritikan terhadap para doktor dan profesor pertanian Bali.
Bahkan, Pastika meminta tutup saja fakultas pertanian di Bali karena hanya mengurus busuk batang buah saja tidak bisa.
Peristiwa itu diulas ulang oleh beberapa peserta simkrama terakhir di Art Center Denpasar, Sabtu (28/7). Beberapa peserta simakrama malah membela Gubernur Bali Made Mangku Pastika.
“Para doktor pertanian tidak perlu tersinggunglah. Ini memang fakta. Pertanian Bali belum terurus maksimal,” ujar seorang peserta simakrama.
Mendengar ucapan itu, Pastika langsung menjelaskan bahwa memang dirinya yang melakukan kritik terhadap para sarjana pertanian di Bali.
Kritik itu sangat perlu karena memang banyak sekali persoalan pertanian di Bali yang tidak diatensi oleh para ilmuwan pertanian di Bali. Bahkan, Pastika sudah bertanya kepada para doktor pertanian di Bali, apakah ada program yang lebih baik demi pertanian di Bali, selain Simantri. Para ilmuwan pertanian di Bali juga tidak bisa menjawabnya.
“Saya ini hanya mantan polisi, tetapi bisa mengurus pertanian. Mestinya, para pakar pertanian itu yang lebih tahu tentang pertanian,” ujarnya.
Menurut Pastika, ucapan itu memang membuat para doktor pertanian di Bali tersinggung.
“Saya memang sengaja membuat para doktor pertanian itu tersinggung. Kalau tersinggung itu baik, dan diharapkan bisa segera ada hasilnya. Kalau hanya diam saja, itu tanda-tanda tidak baik,” ujarnya.
Ia meminta agar pertanian Bali segera mendapatkan perhatian dari para pakar.
Minimal bisa mencegah penyakit busuk batang yang melanda cabe, membuat anggur Seririt manis, membuat pisang bisa berbuah banyak, membuat jeruk Kintamani manis dan seterusnya.
Teknologi itu bisa dilakukan. Produk pertanian lokal Bali itu sangat berkualitas.
“Kenapa kita harus menggunakan buah impor. Padahal buak impor itu mulai dipetik hingga sampai ke meja makan di Bali kurang lebih satu bulan. Sudah pasti ada bahan pengawetnya. Sebab kalau tidak ada pengawet, usia buah yang sudah matang hanya sampai 3 hari. Karena ada pengawet, bisa mencapai 1 bulan usianya,” ujarnya.
Bahan pengawet itu merupakan sumber penyakit, terutama penyakit kanker. Survei terakhir di Amerika, 7 dari 10 orang yang berusia di atas 60 tahun sudah menderita kanker. Ini karena mengkonsumsi bahan makanan yang sudah mengandung bahan pengawet. (Axelle Dhae)