Said Mengeluh Harga Kedelai Melonjak di Buleleng

371

BULELENG, The East Indonesia – Pengusaha tahu dan tempe di Buleleng mulai menjerit dengan lonjaknya harga kedelai sejak Desember 2020 lalu.  Kenaikan harga bahan baku menyebabkan harga tempe dan tahu juga mengalami kenaikan sehingga berimbas pada konsumen yang mengurangi permintaan.

Seperti yang dialami Said (48), salah seorang pengusaha tempe di Lingkungan Taman Sari Singaraja, Buleleng Bali. Pengusaha tempe yang telah turun – temurun melakoni usahanya ini saat ditemui Senin (4/1/2020) mengaku mengalami kesulitan dalam berproduksi tempe maupun tahu sejak terjadi kenaikan harga bahan baku kedelai.

Kenaikan harga bahan baku kedelai ini terjadi sejak bulan Desember 2020 lalu. Biasanya harga bahan baku kedelai dengan harga normal dikisaran  Rp.6.000 hingga Rp. 6.400 perkilonya. Namun kini harga perkilonya mencapai Rp.9.000 hingga Rp.9.500.

“Sejak bulan Desember tahun lalu harga kedelai mengalami peningkatan dari suplayer di Singaraja. Dan tidak mengetahui apa yang menyebabkan harga kedelai meningkat,” ujar Said.

Sejak terjadi peningkatan harga kedelai otomatis harga tempe maupun tahu yang sudah jadi juga mengalami peningkatan kepada konsumen. Biasanya harga harga tempe tiap bungkusnya Rp.3.000 hingga Rp.4.000 perbungkusnya. Namun kini harga perbungkusnya bisa mencapai Rp.6.000 hingga Rp.6.500 perbungkusnya.

Kenaikan ini mengakibatkan para konsumen sedikit mengurangi permintaan mereka dalam membeli tempe. “Sejak kenaikan harga ini para konsumen yang biasanya menjadi pelanggan mengurangi permintaan mereka dalam membeli tempe,“ imbuhnya.

Pengusaha tempe dan tahu ini berharap agar harga bahan baku kedelai bisa kembali normal sehingga mereka bisa berproduksi seperti sedia kala. Dengan kondisi saat ini pengusaha lebih menekankan pada keekonomisan dalam produksi. Jika permintaan sedikit maka jumlah produksi akan sedikit dikurangi. ***

Penulis – Wismaya|Editor – Igo Kleden