DENPASAR, The East Indonesia – Event bergengsi pertama di Bali bernama Bali Grassroots Festival (BGF). BGF menjadi fenomenal dengan tampilnya anak-anak U-12, U-10 dan U-8. Ratusan anak dari berbagai klasifikasi usia ini memenuhi GOR Ngurah Rai Bali. BGF kali ini diikuti oleh 1575 anak dari berbagai klasifikasi usia. Jumlah ini belum termasuk para orangtua siswa yang mengikuti BGF, panitia dan oficial lainnya. BGF kali ini tidak sekedar soal sepakbola. Sebab, ada pemandangan yang sangat menarik yakni kedatangan seorang tokoh Bali bernama Wayan Koster di tengah riuhnya pertandingan di BGF.
Kedatangan Wayan Koster yang tidak direncanakan tersebut justeru disambut dengan gegap gempita oleh seluruh peserta. Politisi PDIP itu malah duduk membaur tanpa sungkan, tidak ada kursi terhormat, tanpa merasa dirinya pernah menjadi Gubernur Bali periode 2018-2023, duduk di tribun sebagaimana penonton biasa. Akibatnya, kurang lebih satu jam, perhatian penonton di tribun bukan lagi ke arah lapangan menyaksikan para anaknya yang sedang bertarung di lapangan hijau. Mereka sibuk mengerumuni Koster, berinteraksi dengan sangat akrab. Ratusan anak berebut mendekati mantan anggota DPR RI 3 periode tersebut. Mereka ingin menyalami pria bertubuh kecil dengan visi yang sangat besar tersebut.
Pengamatan media ini di lokasi menunjukkan, Koster mampir berinteraksi dengan sangat santai, memberikan pertanyaan edukatif kepada anak-anak. Bagi yang bisa menjawabnya langsung diberikan hadiah berupa bola. Banyak anak kecil tidak canggung mendekati Koster. Ini mungkin karena suami dari Putri Suastini Koster ini adalah seorang dosen dan peneliti. Dia tahu psikologi pendidikan, dia tahu psikologi anak-anak. Saat duduk di tribun, Koster sempat memangku seorang anak kecil dan tampak kelihatan anak kecil itu sangat nyaman di pangkuan Koster. Tanpa disetting, semuanya berlangsung secara natural saja. “Aura Koster itu sangat positif. Siapa pun yang berada di dekatnya selalu merasa nyaman. Buktinya, anak kecil yang tidak pernah mengenal sosok Koster juga merasa nyaman di pangkuan Koster. Ini jarang terjadi, dan anak usia TK itu tidak bisa berbohong,” ujar Ketua Panitia BGF I Putu Sugi Darmawan saat diminta komentarnya usai melihat fakta ini.
Fakta unik lainnya, pria asal Buleleng ini juga dikerumuni ibu-ibu yang ingin meminta foto bareng. Mereka rela berdesak-desakan untuk mendekati Koster hanya sekedar foto bareng. Media ini terpaksa harus membantu seorang ibu yang ingin mendekati Koster hanya untuk foto bareng. Usai foto bareng, seorang ibu muda ini sampai berkaca-kaca matanya karena kerinduan yang sudah lama foto sama Koster. “Ternyata Pak Koster itu ramah dan hangat. Wajahnya menyejukkan. Anak saya dapat bola, dapat foto bareng, saya juga bisa foto bareng. Terima kasih Pak Koster,” ujarnya. Fakta unik lainnya, panitia BGF, para pelatih, pelaku bola, juga minta foto bareng.
Saat dikonfirmasi sejumlah awak media, Koster mengaku sangat terkesan dengan anak-anak yang punya bakat sepakbola. “Informasi dari panitia, dari PSSI juga, bahwa ada Bali Grassroots Festival. Ada festival bola. Jadi saya datang saja. Saya senang melihat anak-anak bermain bola untuk usia di bawah 8 tahun, di bawah 10 tahun dan di bawah 12 tahun. Saya senang dan sangat mendukung sepakbola karena event ini merupakan bagian dari pembibitan pemain muda di Bali, khususnya bagi anak-anak yang memiliki bakat di bidang sepakbola ini,” ujarnya. Sebagai bentuk dukungan sepakbola usia dini di Bali, Koster akan menyumbang 1500 bola di bagi para peserta BGF. Koster menegaskan jika dirinya akan selalu mencintai sepakbola Bali.*Arnold