Ternyata Masuk Bandara Ngurah Rai Ada “Jebakan Batman” Beli Kartu 50 Ribu Keluar Saldo Nol, Parkir Dibawah 1 Jam Bayar 75 Ribu

156
Pintu Masuk Bandara Ngurah Rai. Foto : Dok - The East Indonesia

BADUNG, The East Indonesia – Tak hanya warga Canggu Badung Horacio Canto alias Kris yang alami hal buruk saat masuk Bandara Ngurah Rai Bali. Ternyata dominasi warga Bali merasakan hal serupa ketika ingin parkir.

Bagaimana tak aneh, masuk bandara dengan membeli kartu uang elektronik dengan saldo Rp 50 ribu tiba- tiba berubah jadi nol rupiah ketika hendak keluar Bandara. Padahal, warga tak sampai tiga jam berada di parkir. Bahkan warga Malang yang tak sampai satu jam masuk bandara Ngurah Rai jemput tamu dikenakan pembayaran parkir sebesar Rp 75 ribu. Selain dirinya masih banyak warga yang kena imbas dan rugi ratusan ribu meski tak sampai tiga jam berada di Ngurah Rai.

Berdasarkan informasi yang diperoleh awak media, kejadian apes yang dialami Kris banyak juga dialami warga Bali ketika masuk ke Bandara Ngurah Rai. Warga membeli kartu uang elektronik di gate masuk kemudian saldonya nol ketika hendak keluar dari bandara.

Meski tak menggunakan jasa layanan parkir lebih dari tiga jam, warga tetap membayar lebih mahal dari yang tarif parkir. Karena kartunya nol setelah dibeli Rp 50 ribu. Kondisi ini mulai terasa sejak Manajemen Bandara Ngurah Rai Bali menaikan tarif parkir sejak September 2024 lalu. Warga seakan-akan dijebak agar membeli kartu uang elektronik yang disiapkan bandara.

Beberapa kejadian justru terkesan dan diduga pihak bandara “main mata” atau curang . Karena ketika warga atau pengendara ingin top up kartu uang elektronik lain yang dimiliki, petugas gate parkir selalu dijawab tak tersedia. Kecuali kartu yang disediakan bandara.

Mau tak mau warga diharuskan membeli kartu uang elektronik yang disiapkan pihak Bandara Ngurah Rai di gate parkir. Satu kejadian yang baru terjadi Minggu 19 Januari 2024 diungkap warga Malang yang baru tiba di Bali.

Ia menyebut harga parkir Bandara Ngurah Rai sangat mahal. Karena tak sampai satu jam berada di parkir harus membayar Rp 75 ribu. Saat itu ia menjemput tamu di kedatangan domestik dari Surabaya. “Parkir di Bandara Ngurah Rai mahal banget. Saya tak sampai satu jam, karena hanya masuk jemput teman, saya harus bayar Rp 75 ribu,” kata warga Malang yang tak ingin namanya ditulis. Ia membeberkan saat itu membayar tunai.

Beberapa kejadian yang dialami warga akhirnya menjadi atensi serius PT Angkasa Pura I selaku pengelola Bandara Ngurah Rai Bali.

General Manager Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Ahmad Syaugi Shahab langsung meminta petugas untuk cek ke lapangan.

Melalui Humas Bandara Ngurah, Yuris dijelaskan jika petugas sementara melakukan pengecekan lapangan. “Terkait yang ditanyakan ke Pak GM (Angkasa Pura), mohon waktu sedang kami cek di lapangan, terima kasih,” kata Yuris kepada awak media, Minggu 19 Januari 2025.

Sebelumnya diberiitan warga Canggu bernama Kris mengalami kejadian tidak mengenakan ketika menggunakan jasa pelayanan Bandara Ngurah Rai. Dua kejadian dialaminya. Pertama, pada 12 Desember 2024.

Saat itu Kris masuk bandara Ngurah Rai hendak menjemput tamu di kedatangan Internasional. Sebelum masuk ia membeli kartu uang elektronik di petugas gate parkir senilai Rp 50 ribu namun ketika hendak keluar saldonya nol rupiah. Alhasil, dia harus membayar tunai lagi kepada petugas di gate parkir.

Ia menyampaikan total biaya parkir yang harus dibayar sekitar Rp 80 ribu, jika estimasi uang elektronik dalam kartu parkir senilai Rp 50 ribu plus bayar tunai Rp 30 ribu.

Saat itu, Kris menjemput tamunya menggunakan kendaraan roda empat masuk bandara sekitar pukul 09.45 Wita, dan keluar sekitar 12.45 Wita.

Setelah kejadian apes bulan Desember 2024, Kris kembali mengalami hal serupa pada 9 Januari 2025. Saat itu, ia menggunakan sepeda motor ingin menjemput tamu dari Surabaya di kedatangan domestik Bandara Ngurah Rai.

Seperti biasa ia langsung menuju tempat parkir sepeda motor. Sebelum masuk, terlebih dahulu ia menanyakan ke loket pintu keluar. “Disana saya menanyakan ke petugas loket, pak saya tidak bawa kartu tol apakah boleh masuk? Dan dijawab oleh petugas boleh pak nanti keluar lewat loket bagian kiri dengan membayar uang tunai atau cash,” kisah Kris.

Dengan berbekal informasi dari petugas di loket gate parkir, Kris yang juga seorang jurnalis di Bali langsung menuju loket pintu masuk.

Namun setiba di sana ada petugas parkir yang berdiri didepan pintu masuk dengan memegang sejumlah kartu uang elektronik. Karena tak membawa kartu, Kris bertanya lagi kepada petugas bahwa dirinya boleh masuk tanpa kartu seperti yang disampaikan petugas. Namun ia ditahan, dan diharuskan membeli kartu uang elektronik Rp 50 ribu.

Kemudian saya menyampaikan tadi saya sudah tanya di loket pintu keluar dan diperbolehkan bayar dengan uang tunai pak, mengapa disini tidak boleh?, ” katanya.

Lalu dijawab oleh petugas bahwasanya sudah tidak boleh. Kemudian ada petugas parkir yang datang dan menyampaikan saat ini sudah tidak boleh memakai uang tunai dan harus pakai kartu uang elektronik dan tetap bersih keras tidak mengizinkan masuk.

“Lalu saya menjawab kalau memang tidak boleh mengapa tadi saya tanya di loket keluar diperbolehkan? Namun tidak dijawab oleh si petugas. Karena tidak diizinkan akhirnya saya dengan 2 motor dibelakang putar kembali dan tidak jadi parkir di dalam” kisahnya.

Kejadian di gate parkir Bandara Ngurah Rai ini, menjadi pertanyaan mendalam Kris. Jika mengharuskan semua menggunakan kartu uang elektronik, mengapa di pintu keluar ada loket untuk kartu dan ada loket untuk tunai?

Mengapa tidak ada kebijakan solutif bagi masyarakat yang belum mengetahui tentang pemberlakuan sistem pembayaran dengan kartu uang elektronik atau metode pembayaran cashless (nontunai)? Karena hingga saat ini masih banyak masyarakat terutama pengendara sepeda motor yang belum mengetahui informasi ini. (*)