Dialog di Televisi, Ny. Putri Koster Tegaskan Pentingnya Kesehatan bagi Masyarakat Bali

234
Nyonya Putri Koster dan para narasumber lainnya dalam dialog interaktif di Bali TV. FOTO - HUMAS BALI

DENPASAR, The East Indonesia – Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster bersama sejumlah narasumber jadi pembicara dalam dialog interaktif Perempuan Bali Bicara, di Studio Bali TV, Jumat (24/3). Selain Ny. Putri Suastini Koster tampil juga sebagai pembicara adalah Koordinator Kelompok Ahli Bidang Pembangunan Pemerintah Provinsi Bali, I Made Damriyasa serta Kelompok Ahli Bidang Pendidikan, Kesehatan, Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja, I Made Agus Gelgel Wirasuta.

Dalam paparannya, Putri Koster mengatakan kesehatan merupakan faktor utama dalam meraih dan mewujudkan cita-cita.  Oleh sebab itu penting bagi kita untuk memulai menata pola hidup sehat agar terwujud generasi yang sehat, kuat dan cerdas.

Ditambahkannya, bahwa Tim Penggerak Provinsi Bali sebagai perpanjangan tangan TP PKK Pusat akan terus konsen terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kader kader PKK yang jaringan/ terusannya hingga ke tingkat desa dan banjar. Sebagai organisasi perempuan yang berdampingan dengan tugas Kepala Daerah memiliki tugas dan kewajiban dalam kesuksesan program dan visi pemerintah daerah, salah satunya dibidang kesehatan.

Untuk itu, Ny. Putri Koster mengatakan bahwa untuk mensukseskan visi pembangunan daerah Bali, Tim Penggerak PKK melalui program sosialisasinya memiliki menggandeng pihak-pihak terkait untuk menjabarkan sepuluh program pokok PKK yang memiliki regulasi dan kaitan dengan visi dan program pemerintah, yang khususnya di Bali sudah tertuang ke dalam pencapaian 44 tonggak peradaban Bali era baru.

Khusus di bidang kesehatan, pihaknya sedang aktif menggencarkan penggunaan bahan bahan obat tradisional (taru premana) yang bisa ditanam di pekarangan rumah sebagai bahan obat tradisional kita. “Namun untuk pengolahan obat-obatan tradisional tersebut tentu kita memerlukan para ahli agar fungsinya tidak salah, dan mari kita percayakan usadha barak untuk menepis sejumlah penyakit dalam tubuh, karena sudah terbukti mampu menghalau dan mengurangi dampak kesehatan dari virus covid-19”, ungkapnya. Pengobatan tradisional Bali juga membutuhkan kekuatan bathin yang harus semakin diasah agar produk yang bagus untuk kesehatan tubuh dapat diwujudkan.

Baca juga :  Kerjasama Pemkot Surabaya, Komplek AAL Disemprot Disinfektan

Tenaga terdidik mampu memberikan layanan dan mengimplementasikan ilmunya kepada kehidupan nyata yakni layanan terpadu. Sasaran PKK mengembangkan kesejahteraan adalah salah satunya membangun dan menghidupkan perekonomian melalui koperasi. Sehingga tenaga tradisional mampu berkarya nyata ditengah kehidupan bermasyarakat. Disamping itu, Gubernur Bali juga terus mengupayakan payung hukum agar para tenaga ahli obat tradisional dapat berkarya secara nyata, dan arah kehidupannya juga jelas melalui koridor dan landasan payung hukum yang juga jelas.

Pada kesempatan ini, Ny. Putri Koster juga menjelaskan bahwa diantara HATINYA (Halaman Asri, Teratur, Indah dan Nyaman) PKK juga dapat diselipkan sedikit tempat untuk menanam taru premana, sehingga saat terdesak tanaman tersebut dapat digunakan sementara. Misalnya daun kayu manis yang dapat digunakan untuk loloh, daun dapdap yang bisa digunakan untuk meredakan sakit perut pada bayi, jahe sebagai penghangat badan dan sejumlah tanaman obat lainnya.

Baca juga :  Pasien Positif di Bali Bertambah 101 Orang

Sementara Koordinator Kelompok Ahli Bidang Pembangunan Pemerintah Provinsi Bali, I Made Damriyasa mengatakan pentingnya mempromosikan kesehatan tradisional Bali dalam mencapai visi Bali Era Baru melalui Nangun Sat Kerthi Loka Bali ditengah masyarakat Bali hingga keluar negeri. Pada prinsipnya ada tiga unsur utama yang harus dijaga keharmonisan, yakni alam, manusia dan kebudayaan.

“Kita sudah kaya dengan referensi taru Pramana dalam lontar, yang kaya akan sumber daya alam. Yang dikembangkan berbasis dengan potensi yang dimiliki oleh Bali. Satu dan lainnya terintegrasi (pertanian dan taman hijau tidak pernah berdiri sendiri). Menggali kembali referensi yang bali miliki dan kembangkan dengan prioritas keahlian yang dimiliki oleh sumber daya manusianya,” papar Made Damriyasa.

Pihaknya mengatakan bahwa “Bali selalu selangkah lebih maju dengan adanya assosiasi usadha tradisional dengan wujud membuka pusat pendidikan tradisional, sehingga pasar yang besar ini jangan sampai menjadi pasar oranglain”.

Peran dari pemerintah Provinsi, Gubernur sebagai media yang menyiapkan fasilitas dan regulasi, untuk membuka jalur ke pusat sebagai jembatan antara pemerintah Provinsi dengan pusat, sehingga akademisi dan masyarakat pemilik modal lah yang diharapkan dapat bergerak untuk kepentingan masyarakat luas. Dimana ketika fasilitas dan regulasi sudah disediakan oleh pemerintah, maka masyarakat tinggal melaksanakan regulasi dan fasilitasi yang sudah disiapkan tersebut. Karena Gubernur bukan bersifat sebagai eksekutor namun harus ada akademisi sebagai pendukung kebijakan yang dikeluarkannya.

Baca juga :  Dukung Program Vaksinasi, TNI AL Gelar Vaksinasi di Atas Kapal Perang

Hal senada juga disampaikan Kelompok Ahli Bidang Pendidikan, Kesehatan, Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja, I Made Agus Gelgel Wirasuta.

Profesor yang juga dikenal sebagai usadha barak menjelaskan bahwa dibuatnya visi dan misi Bali dalam mewujudkan Bali Era Baru sebagai regulasi atau pondasi harus diperkuat dalam mewujudkan implementasi reformasi menuju pembangunan yang sejahtera berlandaskan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.

Keseimbangan alam manusia dan budaya berkonsepkan Tri Hita Karana merupakan keseimbangan mewujudkan kesehatan yang berkolaborasi antara pengobatan tradisional dengan pengobatan konvensional.

“Namun jangan sampai ketika kita berhasil mengembangkan usadha weelnes yang dikenal sebagai medical komplementer medicine, dan saat itu akan dikuasai oleh orang-orang yang bukan berasal dari warga kita, oleh sebab itu penting kita siapkan sumber daya manusia melalui penyediaan sumber pendidikan yang mengasah kemampuannya, yang nanti akan mampu memenuhi kebutuhan lapangan kerja yang tersedia”, tegasnya.

Untuk membangun industri pengobatan tradisional harus mendapat dukungan dari semua pihak mulai dari SDM dan juga permodalan, sehingga 30 persen didukung oleh bahan produksi lokal dan disesuaikan dengan standarisasi obat-obatan tingkat nasional.

“Jangan sampai kita memproduksi obat tradisional namun melupakan standar kesehatan yang berlaku, agar mampu diterima dipasaran global. Selain itu membangun industri dan menggandeng SDM yang mumpuni merupakan salah satu syarat mutlak dalam menghasilkan produk yang berkualitas,” ungkapnya. ***christ

Facebook Comments

About Post Author