UBUD, The East Indonesia – Sthala Ubud Village Jazz FestivalV 2024 telah berakhir dengan meriah pada malam 3 Agustus 2024, meninggalkan kesan mendalam bagi semua pengunjung. Festival dua hari ini berhasil menarik sekitar kurang lebih 3000 pengunjung, yang menikmati rangkaian penampilan menakjubkan dari sembilan grup musik jazz internasional dan lokal di tiga panggung: Giri, Padi, dan Subak.
Penampilan yang memukau dari Collective Harmony (Indonesia), Fawr (Indonesia), Eric Chong Trio With Sinuksma & Kanhaiya (Hong Kong-Indonesia), Simon Praticco Trio (Italia), Claude Diallo Trio With Indra Gupta & Gustu Brahmanta (Swiss-Indonesia), New Centropezn Quartet (Rusia), Zagorski-Skowronki Project Feat Kajetan Galas (Polandia), Uwe Plath Quartet (Jerman), dan Galaxy Bigband (Indonesia) membuat festival ini begitu istimewa dan penuh warna.
Marjan dari Belanda, seorang pengunjung setia, berbagi pengalamannya, “Ini adalah kesembilan kalinya saya datang ke festival ini, dan saya sungguh-sungguh menikmatinya. Saya akan terus datang setiap tahunnya. Setiap tahunnya festival ini menghadirkan pengalaman yang berbeda.”
Musik jazz, dengan kekayaannya dalam makna dan interpretasi, bergantung pada persepsi, intelegencia, dan pengalaman pendengar. Jazz sama kelahiran nya dengan keroncong di Indonesia: Lahir dari jeritan hati di bawah kolonialisasi Portugis di Batavia. Mereka memainkan alat musik apa adanya, namun seiring jaman, Jazz kerap kali dianggap musik borjuis dan elit, kendati demikian jazz tetap mampu memperlihatkan kerumitan teknik yang membuatnya terbuka terhadap interpretasi bebas di tengah keteraturannya.
Jazz mencakup berbagai sub-genre seperti Swing, Bebop, Ragtime, Smooth Jazz, Fusion Jazz, hingga yang paling kompleks, Free Jazz atau Avant-Garde Jazz. Festival ini memayungi semua jenis tersebut. Yuri Mahatma, Co-founder Ubud Village Jazz Festival, mengatakan, “Bukan hanya free jazz, tapi just jazz.”
Galaxy Bigband, yang didirikan pada 1992 oleh warga Jepang di Jakarta, menjadi penutup acara dengan penampilan mereka yang luar biasa. Mereka mengajak penonton lokal dan asing menari bersama mengikuti lagu “Kopi Dangdut” yang diaransemen dalam bentuk jazz, menciptakan suasana yang meriah dan penuh kegembiraan.
Dengan segala keindahan dan kelenturan, sekaligus kerumitan tekniknya, jazz terus menjadi wadah ekspresi yang tak terbatas. Ubud Village Jazz Festival 2024, meskipun telah berakhir, meninggalkan jejak kenangan manis dan pengalaman berharga yang akan selalu dikenang oleh para penggemarnya.
“Sampai jumpa di Ubud Village Jazz Festival tahun depan,” pungkas Yuri Mahatma, menutup malam dengan janji akan pertemuan yang lebih meriah tahun depan.***