SINGARAJA, The East Indonesia – Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Bali nomor urut 1, Wayan Koster dan Nyoman Giri Prasta melakukan kampanye di GOR Besi Mejajar di Desa Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Selasa (1/10/2024).
Dalam kampanye itu, Koster membeberkan sejumlah capaian pembangunan selama kepemimpinannya menjadi Gubernur Bali periode pertama tahun 2018-2023.
Pembangunan infrastruktur itu di antaranya jalan shortcut yang menghubungkan Kota Denpasar dengan Kota Singaraja serta tower turyapada untuk jaringan internet dan televisi digital.
“Sekarang pembangunannya sudah masuk di titik 7d dan 7e, selesai Desember mendatang. Untuk titik 9-10 dibangun 2025. Saya terus berkomunkasi dengan Kementrian PUPR dan sudah dialokasikan anggarannya,” ujarnya.
Ia menambahkan, jalan shortcut titik 11-12 di Bangkiang Sidem akan dilanjutkan 2026-2027.
Calon gubernur yang diusung PDI-Perjuangan itu juga berjanji akan mengembangkan Pelabuhan Sangsit di Kecamatan Sawan, sebagai pelabuhan perikanan, pariwisata dan logistik.
Koster menyebut biaya untuk pengembangan Pelabuhan Sangsit membutuhkan anggaran hingga Rp 470 miliar, serta pembebasan lahan Rp 50 Miliar. Untuk pembebasan lahan, Koster menjamin akan menganggarkannya melalui dana APBD Provinsi Bali.
“Sudah dibuat studi rencana pelaksanaannya. Banyak investasi yang menginginkan itu, dan masyarakat sudah setuju untuk lahannya dibebaskan,” imbuh dia.
Sementara itu, Giri Prasta berjanji akan memperjuangkan insentif bagi pemangku adat. Katanya, jumlah insentif itu akan disesuaikan dengan jumlah pemangku serta kemampuan keuangan daerah.
“Nanti kami hitung berdasarkan keuangan daerah, yang penting memberikan insentif pemangku,” ujarnya.
Giri mengaku sudah menjalankan program itu saat menjabat sebagai Bupati Badung dua periode yakni 2016-2021 dan 2021-2024. “Pemangku Kahyangan Tiga, Mrajapati, termasuk sulinggih. Astungkara kami akan bantu seperti di Badung,” lanjut dia.
Selain itu, Giri juga akan memperjuangkan sanggar seni tradisional di Bali. “Bantuan untuk sanggar seni. Saya bangga dengan sanggar. Kemajuan jangan sampai menggerus akar budaya Bali,” tutupnya.*Wismaya